Haidar melangkahkan kakinya masuk ke dalam RuSuh itu. Sebelah tangannya menjinjing beberapa kotak mainan dan makanan bagi penghuni disana
Hawa nyaman ia rasakan, saat memasuki pekarangan RuSuh. Tawa anak yang bermain. Langkah kaki si kecil di teras RuSuh juga nyanyian absurd anak yang lebih besar
Haidar tak menyangkal jika ia sangat rindu dengan mereka. Hampir 2 bulan lamanya ia tak datang kesini. Menjenguk, dan memperhatikan mereka hanya ia salurkan lewat sosok 'ibu' yang kini sudah tersenyum lebar di depannya
"BANG IDARR!"
Teriak salah satu anak dengan lantangnya, membuat mereka ikut menyorakkan teriakan riang pada sosok yang tengah tersenyum lebar itu
"Icha, nanti tenggorokan kamu sakit sayang" peringat si 'ibu'
Haidar tergelak lantas memeluk tubuh kecil disampingnya
"Bu, Idar kangen sama Bu Eni"Sosok yang sekarang kita ketahui bernama Bu Eni itu nampak mengelus punggung lebar Haidar. Menyalurkan rasa kasih dan sayang lewat sentuhan lembut jemari lentiknya
"Ibu juga kangen sama kamu, Dar. Kamu sehat, kan?"
"Sehat kok, Bu. Ibu juga kan?" Pertanyaan itu dibalas anggukan
"BANG IDAL! ALA IKUT!"
Sosok kecil mungil yang mungkin baru berusia 4 tahun itu berlari kecil ke arah kaki Haidar. Si empu menoleh
"Ihhh, Ara. Kok tadi ga keliatan? Hm?" Tanyanya sembari mengangkat Ara dalam gendongannya
"Ala-"
"BANG IDAR! ARUN JUGA MAU GENDONG!"
Kini giliran Si Arun, kembaran Ara yang ikut merengek minta gendong pada Haidar
"ehhh, bang Idar nya masih capek loh. Masa minta gendong?" Peringat Bu Eni
"Ga papa, Bu. Mereka ga lebih berat dari Idar kok. Sesekali kesini juga. Idar kangen"
Baru saja Haidar ingin meraih tubuh kecil Arun, Ara, kembarannya meronta ronta digendongan Haidar
"AAAAA, NDAK MAU! NDAK MAU! BANG IDAL GA BOLEH GENDONG ALUN!"
"Ehh?"
Si kecil Ara meronta agar Haidar menjauhkan diri dari Arun, sementara Arun terus merengek menarik narik ujung celana Haidar
"Bang Idar gendong, hiks" Arun mulai menangis
Haidar menurunkan badannya dengan Ara yang masih digendongan ya
"Kalian kenapa, hm?" Tanya nya lembut
"Dari pagi mereka debat Mulu, untung ada yang besar besar" ucap Bu Eni
Haidar tersenyum
"Ya udah, Bu. Mereka sama Idar aja, ibu ajak anak anak lainnya makan. Idar bawa makanan tadi"Bu Eni nampak menolah noleh
"Kok banyak banget, Dar? Uang dari mana?""Nanti aja Bu jelasinnya"
Bu Eni menggiring anak asuhnya itu kembali ke dalam
"Arun, Ara, kalian marahan, ya?" Tanya Haidar hati hati
Si kembar mengangguk kompak
"Kok marahan? Kenapa?"
Lagi, mereka kompak menunjuk satu sama lain dengan tatapan bengisnya
Haidar mulai menggaruk tengkuknya
"Kok saling nunjuk? Emangnya kenapa?""Ara pelit!"
"Alun suka ambil mainan Ala!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...