Dentingan sendok dan garpu yang beradu menjalar ke segala penjuru ruangan. Tak sepatah kata pun yang terdengar diantara banyak penghuninya. Seakan semuanya terwakili oleh deru nafas tiap insan yang ada di ruang makan itu
Satu wanita paruh baya, dan satu pasangan suami istri kini kompak menghentikan aktivitas menyantap makanan di hadapannya saat sosok kecil berjas itu berjalan pelan ke dalam rumah
"Siang" sapanya
"Dari mana saja kamu, Rasky?" Tanya si wanita paruh baya. Sebut saja dia Nenek
Rasky sontak menghentikan langkah kakinya yang selangkah lagi menginjak anak tangga pertama
"Liat festival musik, Nek"
Nenek mengangguk
"Mandi, lalu makan siang""Iya"
Rasky melanjutkan langkah kakinya. Sebuah ruangan berwarna monokrom hitam putih menghiasi netra sejernih danaunya
Pajangan lukisan abstrak senja hari menjadi objek utamanya karena tergantung tepat diatas nakas tidurnya
"Hhh"
Ia menghela nafas. Nafas yang nampak berat sesaat setelah ia melirik sederet piala kejuaraan ya di berbagai bidang akademik saat masih bersekolah 4 tahun lalu
"Kangen sekolah" gumamnya
Semua piala itu ia dapatkan dengan hasil jerih payahnya sendiri. Memenangkan lomba sains, MIPA, bahasa, cerdas cermat, storry telling, atau pun lomba akademik lainnya sudah ia lakoni sejak ia duduk di bangku SMP
Otaknya memang sejenius itu
"Ga papa. Aku udah pinter. Ga perlu sekolah lagi. Kan udah jadi manager"
Ini sifat asli seorang Rasky Athala Yudha
Banyak bicara dan tenang. Selalu berpikir rasional, dan selalu meyakinkan hal hal baik pada dirinya sendiri. Meski kenyataannya tidak begitu
Tapi sepertinya tidak semua orang tau sifat aslinya ini. Ia selalu memasang topeng tebal saat ia keluar dari kamar pribadinya itu, kamar yang menjadi satu satunya tempat yang tahu bagaimana ia luar dan dalam
Rasky melakukan aktivitas bersih bersihnya. Segera ia turun dengan celana training hitam dan kaus abu miliknya
Ia menarik kursi di samping papanya, Chandra, dan berhadapan dengan mamanya, Wina
"Maaf, telat"
"Ga papa. Makan aja, ambil semau kamu" sahut Mama Wina
Rasky mengangguk singkat. Ia membalikkan piring di atas meja, berniat mengambil sedikit nasi sebelum suara dentingan sendok sang Nenek beradu di telinganya
"Rasky" panggil Nenek
"Mah, biarin Rasky makan dulu" ucap Wina
Chandra acuh. Membiarkan dua orang itu saling bersahutan
"Iya, Nek?"
Sendok yang ia raih kembali ia letakkan. Tangan kurusnya ia pangku dibawah meja makan
"Kamu masih berhubungan sama asistenmu itu?"
Rasky mengeryit
"Asisten?""Ya, yang kau bawa ke rumah tahun lalu"
Seketika ingatan Rasky bertumbuk pada sosok semampai yang menjadi asistennya selama setengah tahun. Sandra
"Enggak, nek. Kami nggak punya hubungan apapun" sanggah Rasky
Nenek masih setia dengan tatapan elangnya
"Kenapa kamu bawa dia ke rumah kalau kalian ga ada hubungan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Fiksi RemajaSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...