ANSA - 22

115 19 1
                                    

Perban di lengannya. Plester luka di dahi nya. Dan wajah yang lebam tetap tak membuat sosok itu berekspresi. Sorot mata yang nampak kelam kini terlihat sangat satu. Pakaiannya yang berantakan membuat sosok itu semakin terlihat terpuruk

"Salah ya kek, kalo Sky pengen bahagia? Sky pengen kaya temen Sky lainnya. Main, kuliah, bahagia, senyum, ketawa. Sky capek Kek di anggap ga ada sama mereka. Sky cuma pengen bahagia. Paling tidak satu kali"

Ia menatap foto berukuran sedang di sudut ruangan. Foto sang kakek tercinta yang bahkan meninggal sebelum ia lahir. Hanya itu satu satunya kenangan yang bisa ia dapatkan dari sang Kakek

"Kek, Sky berhak bahagia, kan?"

Ia memutar bola matanya. Menilik senja yang semakin kentara dari siluetnya yang memancar

"Kalo Sky ga bisa bahagia, biarin Sky ikut kakek ya? Pergi, jauh. Diantara awan awan. Tempat dimana nama Sky kakek buatkan"

Ia melihat telapak tangannya yang terlewat belum dibersihkan sang Mama. Bayangan teriakan histeris mama nya masih terngiang di sanubari nya sampai saat ini

.

Pintu Rasky dorong pelan. Ia baru saja mengantarkan ketiga sahabatnya, dan Hana pulang ke rumah. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Waktunya makan malam, seharusnya

"KAMU JAWAB KALO INI BOHONG, MAS! JAWAB AKU!"

"kamu ini apa apaan sih?! Dimana sopan santun kami sama suami mu ini?! Suami pulang kerja bukannya dilayani malah dibentak! Kurang sama apa yang aku kasih ke kamu hah?!"

Dengan gemetar Wina menekan layar ponselnya. Air mata tak lagi ia hiraukan. Tak lama, ia menyodorkan ponsel miliknya itu tepat ke hadapan Chandra

"INI YANG KAMU LAKUIN HAH?! NGAPAIN KAMU DI HOTEL SAMA PEREMPUAN LAIN?! JAWAB AKU!"

Jantung Rasky seakan berhenti berdetak. Apa mungkin papa nya sering keluar meeting karena menemui perempuan yang di tunjukkan mama nya?"

"Ck, itu meeting. Aku-"

"Meeting? Meeting mana yang sampai pegangan tangan? Makam sampai berani bersihin noda di bibirnya? Bahkan hanya berdua? Mas! Aku ga bodoh. Harusnya kamu pergi keluar kota ada tujuan lain. Kamu bilang mau ketemu klien, SEKARANG MANA?!"

Plak

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Wina. Tentu saja Chandra pelakunya

"Asal kamu tau. Aku keluar kota tidak seperti apa yang kamu lihat. Bisa saja itu editan. Jangan menyalahkan seseorang tanpa bukti. Itu fitnah"

Wina yang masih memegang bekas tamparan sang suami berdecih

"Kamu tidak tahu siapa pengirim foto ini. Jangan coba coba bohongi aku"

Chandra berteriak frustasi. Menjambak rambut hitamnya, dan berjalan keluar rumah. Lebih tepatnya sampai mereka berdua mengetahui ada sang anak yang diam mematung dengan pintu yang masih terbuka

"R-rasky..." Gugup Wina

Chandra acuh. Bahkan ia pergi sembari menabrak bahu sang anak. Wina berlari, mendekati Rasky yang masih nampak menatap kosong ke arah nya

"Rasky, kamu-"

Plak

Tanpa aba aba Rasky terjungkal sampai mengenai Guci besar di ruang tamu. Dalam sekali tamparan ia limbung. Pelipisnya terkena sudut guci yang tajam, juga pergelangan tangan, dan telapak tangannya. Jangan lupakan wajah lebam nya yang kian memerah

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang