ANSA - 47

216 23 3
                                    

Singapura...

Sudah satu hari ia di negeri orang. Hanya diam menatap ke luar ruangan. Menatap bebagai macam bangunan dengan bentuk dan tinggi yang beragam, seakan semua ditumpahkan dan sebuah karya arsitektur

Patung singa yang menjadi iconic kota Singapura tak dapat lagi ia lihat, hanya saja ia sudah kenyang melihatnya sekilas saat perjalanan ke rumah sakit

Ditemani kedua orangtuanya, ia kini harus kembali berbaring di salah satu ranjang rumah sakit ternama di Singapura. Berharap ia bisa melepas penat ini semua  disini

"Ma, pa. Papa Luthfi tau aku kesini?" Tanyanya memecah keheningan?"

"Tau kok. Tapi kita bilangnya kita pengobatan alternatif, ga sampe operasi" jawab Joy

Haidar mengangguk. Pikirannya tertuju pada gadis yang kini entah bagaimana perasaannya karena kejadian malam itu. Bahkan sampai sekarang ia tak tahu bagaimana kondisinya

Ia meraih ponsel. Mencari sebuah nomor, dan menekan tombol keyboard. Kata kata yang ia ketik selesai. Tinggal jarinya menekan tombol kirim, dan pesannya sampai tujuan. Tapi bukan Haidar namanya yang malah menekan tombol home di ponselnya. Ia belum siap mengirim pesan adik kandungnya itu

"Dar, kata dokter kamu operasi nya besok, atau malam. Tergantung kondisi kamu. Jadi kamu nya puasa dulu ya, udah sarapan kan tadi?" Tanya Baekhyun setelah datang dari luar

"Udah kok"

Ia meletakkan kembali benda pipih itu disamping tempat tidurnya. Memejamkan mata berharap hari hari buruknya segera berakhir

.

Di Indonesia, Hana berkunjung ke rumah Naya. Entah kenapa hatinya mengatakan jika ia harus kesana. Dan kini, ia ada di dekat kolam renang bersama perempuan itu

"Mbak Naya, mbak kok jadi diem lagi?" Tanyanya

"Diem gimana? Mbak emang gini kok. Pikiran kamu aja kali"

"Enggakkk, mbak tuh kaya, muram aja gitu. Ada masalah ya?"

Naya terkekeh
"Apaan si? Ya enggak lah. Oh iya, Zahra semalem nemenin kamu?"

"Ih kok tau aku ditemenin Zahra?"

"Papa yang ngasih tau. Berarti kalo siang kamu sendiri dong?"

Naya terhenyak. Siapa yang memberi tahu Naya jika ia ditinggal pergi?
"Hngg-"

"Mama papa sama kakak mu pergi kan?"

Naya semakin tersentak
"Kok- mbak tau?"

"Dari papa. Enggak. Mbak yang nguling teleponnya papa. Mbak ga tau alasan mereka pergi, atau kemana perginya"

Hana melihat sosok Naya yang tersenyum kecut. Seakan berusaha merelakan suatu hal

"Mbak Naya marah sama aa'?"

"Marah? Kenapa?"

"Ya- ga papa. Hana tanya aja"

"Ga ada yang perlu mbak marahi, Han. Buat apa coba"

Naya mendengus. Siang nya kala itu begitu suram. Waktu seakan berhenti berjalan. Mendadak ia menjuruskan pikirannya kearah sosok sang kakak yang sudah ia pastikan sudah berada di rumah sakit tujuan mereka

"Semoga aa' baik baik aja. Kasian mbak Naya belum tau apa apa"

.

"Dar, bangun, nak"

Matanya pedih. Efek mengantuk. Juga sedikit pusing yang ia rasakan, rasa mual juga sedikit ia rasakan

"Kenapa?"

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang