Hari semakin siang. Cahaya matahari semakin terik menyinari bumi memancarkan panasnya
Hana pulang. Ia hanya bisa mengikuti 2 jam mata pelajaran hari ini, selebihnya ia bergelung dengan berbagai rangkaian kata bersama Haidar di ruang BK tadi
"Hana!"
Ia membalikan badan. Koridor cukup sepi membuat ia sedikit leluasa berhenti seenaknya
"Ayok pulang" ajak Hana
Haidar menggeleng
"Aa' ada urusan bentar sama temen. Pulang sendiri ya"Hana mengeryit
"Kemana?""Biasalah, mahasiswa skripsi nih. Dah, nanti pulang aja bawain seblak" ucap Haidar sembari mengulas senyum
"Lama gak?"
"Ya ga tau"
Hana mengangguk
"Ya udah. Jangan sampai malem yah""Insya Allah. Udah ya, aa' duluan"
"Iya. Hati hati"
Haidar mengangguk
"Assalamualaikum""Waalaikumussalam"
Haidar sedikit berlari menuju motor yang ia parkir di parkiran khusus guru
Sebenarnya Hana sedikit aneh melihat gelagat Haidar. Itu seperti bukan Haidar. Terlalu tergesa-gesa gesa dan sedikit canggung. Atau mungkin itu hanya pikiran lelah nya saja
"HANA!"
Gadis berhijab itu berbalik. Melihat lelaki dengan tinggi semampai menghampirinya
"Kenapa?"
"Lo mau belajar lagi gak soal debat nanti? Kalo iya kapan?"
Hana mengeryit
"Ya belajar sih. Kapannya gw ga tau kapan. Ada masalah?""Bokap gw sakit. Besok atau lusa kalo mau belajar bareng ga bisa gw"
Sang lawan bicara mengangguk mendengar penuturan Sagara
"Ya udah ga papa. Kita nanti minta Dispen aja atau nggak pas ada jamkos belajarnya di sekolah. Kalo Lo bisa"Sagara menghembuskan nafas lega
"Ya udah. Sorry Lo jadi ikut mikir gini""Ga papa. Dah, urusin dulu bokap Lo. Semoga cepet sembuh"
"Bareng yuk" ajak Sagara pada Hana. Bukannya apa, meski ia tahu nanti akan ditolak, setidaknya ia masih berbaik hati tidak membiarkan seorang perempuan sendirian di depan gerbang sekolah sore hari
Hana terdiam sejenak, sampai-
"Oke. Rumah kita searah kan?"Sagara nampak terkejut. Namun sebisa mungkin ia menetralkan raut wajahnya dihadapan sosok yang mungkin sekarang mulai special baginya
"Iya searah. Rok lo-"
"Gw pake celana panjang, training lagi"
"Oh, oke. Gw juga agak mikir sebenernya kalo ngajak Lo pulang pake motor gw"
"Hmm..."
...
...Putih bersih ruangan Davian setidaknya membuat hati Haidar sedikit tenang. Sejak ia dari sekolah Hanabtadi, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Seperti akan lepas dari tempatnya
Tak ada niat ia untuk datang kesini. Jangankan niat, pikiran untuk ke rumah sakit saja ia tak mau. Tapi mungkin sekarang berbanding terbalik dengan asumsinya dulu. Ia bahkan ke rumah sakit dengan tergesa desa tadi
Tak lama sosok Davian dengan snelli putih di tubuhnya dan stetoskop yang ia kalungkan dileher keluar dari salah satu bilik. Entah apa guna bilik itu Haidar tak tau
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...