Pagi yang cerah tak selamanya akan nampak indah. Pelangi yang melengkung rapih nampak abstrak di sisi semesta. Dedaunan hijau memenuhi sudut alam. Dan belaian si halus angin pagi kembali menyejukkan insan yang nampak tak enak hati
Haidar mengetuk pintu. Salah satu kebiasaan kecilnya saat bertamu daripada harus bersusah payah mengeluarkan suara untuk berteriak. Sejak kecil pula ia diajarkan mengetuk pintu saat akan bertamu ke rumah siapapun
Tak lama pintu dibuka. Sosok wanita berumur namun masih cukup muda untuk seukuran ibu rumah tangga nampak keluar dengan apron krem yang melekat pas di tubuh semampai ya
"Oh, Haidar? Ada perlu apa sampai Dateng kesini?"
Haidar mengulas senyum
"Ga papa, Tan. Katanya Rasky sakit, ya? Evan sama Evin bilang dia kemarin ga masuk kerja"Wina mengangguk
"Iya, dia sakit. Agak demam, tapi udah mendingan kok. Masuk aja ke kamarnya ya"Di lubuk hati Haidar nampak sungkan. Di rumah sebesar ini ia diperlakukan sangat baik oleh pemiliknya, alih alih asistennya
"Tapi-"
"Ga usah sungkan. Nenek lagi ke luar kota, besok baru pulang"
Haidar menghela nafas lega. Kembali ia mengulas senyum manisnya
"Iya, Tan. Haidar masuk, ya. Kamarnya masih sama, kan?""Iya iya, masih sama kaya yang dulu"
Haidar mulai berjalan perlahan menyusuri anak tangga. Rumah mewah yang hampir menyerupai miliknya tapi sedikit lebih artistik di berbagai sisi
Ia sampai di pintu bercat coklat itu. Mengetuk perlahan, dan menunggu sahutan dari sang empu
"Masuk, ma"
Haidar segera masuk. Nampaknya Rasky mengira jika ia adalah Wina, apalagi dengan posisi membelakangi pintu seperti itu
Haidar meletakkan buah yang ia bawa perlahan ke nakas tempat tidur Rasky, mengulurkan tangannya menyentuh kening sang empu yang sekarang masih terpejam
"Masih sakit, Ras?"
Tanpa aba aba Rasky berjingkat duduk di atas tempat tidurnya. Wajahnya satu dan kantung matanya sedikit nampak membuat Haidar sedikit merasa iba dengan apa yang dialami sahabatnya itu
"Ngapain kesini?" Tanyanya
"Mau numpang WiFi"
Begitu seterusnya Haidar merogoh ponsel di saku celana bahannya, dan mengutak atik sebentar sebelum akhirnya ia tertawa sendiri melihat sesuatu di ponselnya
"Ck. Terserah"
Rasky kembali tidur membelakangi Haidar. Terdengar pula dengkuran halus yang kini Haidar dengar
Haidar tak sejujur itu menjawab pertanyaan Rasky. Ia hanya menunggu saat saat Rasky diam untuk ia melakukan sesuatu. Rasa gengsi merubah segalanya
Perlahan ia menggulingkan badan kecil Rasky menjadi terlentang. Mengambil air hangat di meja kecil, dan mulai mengompres dahi Rasky dengan sangat pelan
"Gw tau Lo ada masalah sampe kaya gini. Lo ga seceroboh itu cuma buat ga jaga pola makan"
Tak lama pintu dibuka, baru saja Wina ingin berbicara, isyarat Haidar menghentikan aksinya. Ia lantas tersenyum dan mendekat
"Rasky tidur?"
"Iya, Tan. Tadi kaget kayanya Haidar Dateng, terus tidur lagi"
Wina mengangguk. Ia meletakkan semangkuk bubur dan segelas susu putih ke meja
"Ini teh nya"
"Duh, Tante. Haidar ngerepotin ini. Harusnya ga usah di bikinin ga papa kok" Haidar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...