ANSA - 19

109 20 0
                                    

Gerombolan kecil di lapangan mencuri perhatian. Segelintir mahasiswa berlarian tak tentu arah menuju tempat yang mereka tuju. Tak sedikit pula yang acuh dan terus melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan

Sosok laki laki dengan tinggi semampai dan senyum lebar itu berlari tergopoh-gopoh menuju ruang salah satu dosen kampus. Menelisik tiap tiap sudut ruangan

"PAK! PAK EDI! PAK, TOLONG, PAK!"

Teriakannya menarik atensi pria paruh baya itu. Namanya pak Samsul. Dosen bahasa di kampus itu

"Leo? Kenapa? Ada apa? Kenapa panik begitu?"

Mahasiswa semester 7 bernama Leo itu masih berusaha menetralkan nafasnya

"Anu! Pak, Haidar... Huh huh... Haidar pingsan di lapangan abis main basket, pak!"

Pria itu membola
"Apa?! Kenapa malah ditinggal?!"

"Pak, saya ga kuat pak bawa Haidar sendiri. Yang lainnya pada ga mau bantu, terpaksa saya- PAK! WOY! Saya ketinggalan!"

Leo dan Samsul kembali dengan sebuah tandu dari ruang kesehatan. Tubuh lemas Haidar tergeletak di bawah pohon setelah dipindahkan beberapa mahasiswa

"Sudah sudah. Kalian bisa kembali" ucap Samsul membubarkan kerumunan

Dengan cepat keduanya membawa Haidar ke ruang kesehatan fakultas bahasa

"Dok! Dokter cantik- ehh, dokter tolong Idar" teriak Leo bahkan saat ia belum sampai di dalam ruangan

"Berisik sekali kamu" cibir Samsul

Perlu diketahui, Samsul dan Leo masih ada hubungan kerabat. Meski jauh, mereka masih berkomunikasi satu sama lain

"Loh loh? Kenapa ini sampai ga sadar?" Tanya dokter wanita itu. Dokter Ayu

Ia memeriksa keadaan Haidar. Mulai dari detak jantungnya, nadi, sampai ke bola matanya. Entah bagaimana hasilnya

"Ini Haidar kenapa bisa sampai kaya gini ya?" Tanyanya

"Ga tau, dok. Tadi dia lagi dribble bola, eh ambruk. Untung ga luka, mana panas gini ya kan"

Agaknya Samsul malu dengan ponakannya itu. Kelewat santai bahkan pada sosok yang tidak terlalu akrab

"Emmm, ini kayanya Haidar ga pingsan biasa. Kalau dibawa ke rumah sakit saja gimana? Takutnya parah. Tadi saya lihat dadanya agak lebam, mungkin karena efek kebentur lapangan"

"Ohh, ya sudah. Saya yang antar dia ke rumah sakit. Leo, bantu bawa Haidar lagi" titah Samsul

"Pak, ambulan di depan banyak loh tinggal milih. Kenapa-"

"Terus Haidar gimana bawanya ke ambulan? Diseret?"

Setelah berdebat lama, akhirnya dua orang itu membawa Haidar ke rumah sakit

...
...

"Kak Davian?!" Seru Leo

Leo dan Samsul di ruang UGD. Segerombol dokter turut masuk ke UGD karena pasien gawat darurat sedikitbm banyak. Termasuk Davian

"Loh? Leo kan? Temennya Haidar? Ngapain kesini?"

"KAK! HAIDAR DI DALEM!"

"Hah?"

Davian segera memakai stetoskopnya dan berlari cepat ke arah UGD. Dari balik pintu kaca Leo lihat Davian membuka sedikit baju kemeja Haidar. Memamerkan lebam biru seperti bekas benda tumpul

"Leo, dia siapa?"

"Dokter Davian. Sepupunya Haidar"

"Oh"

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang