ANSA - 18

141 19 0
                                    

Pagi tak selamanya cerah. Matahari tak selamanya bersinar terang. Dan pagi hari tak selamanya di tunggu kehadirannya

Rasky berpenampilan rapih. Kemeja biru satin, dengan celana bahan dan dasi senada membuat penampilannya makin rapi

Ia memasukkan beberapa lembar dokumen bermap, juga laptop berlogo apel miliknya. Merapikan sejenak kamar pribadinya, dan berjalan keluar menuju lantai bawah

"Pagi, ma, pa, nek" sapanya di meja makan

"Pagi, kamu masuk kerja?" Tanya Wina

Berbanding terbalik dengan Chandra dan nenek yang terus menaruh perhatian pada sepiring sarapan di depannya tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya pada sosok muda disana

"Iya, ma"

Tak

"Kerja yang bener. Klien mu Dateng dari luar negeri nanti siang"

Chandra meletakkan sendok dan garpunya asal di atas piring. Menyesap sedikit kopi yang disajikan sang istri, dan pergi melengang tanpa sepatah kata. Sekalipun berpamitan pada ibunya sendiri

Rasky menghela nafas. Sosok papa nya itu sedikit berubah. Papa yang ia kenal sangat mudah berkomunikasi sekarang amat tertutup dengan segala pekerjaan yang merenggut waktunya. Berangkat saat ia masih sarapan, dan oulang saat ia sudah terlelap. Di kantor tak sekalipun ia menemui papa nya, kecuali ada meeting besar

"Rasky, makan dulu ya"

Rasky menoleh pada sosok mama
"Iya, ma"

Dalam hening ia menyantap makanan itu. Makanan yang selalu menjadi favoritnya. Makanan khas hasil olahan Wina

Ditengah keheningan itu, sosok tua yang duduk di ujung meja meletakkan sendok sampai berdenting keras. Mirip apa yang dilakukan Chandra tadi

Terpaksa Rasky mengakhiri acara sarapan paginya, disusul Wina yang bangkit merapikan meja makan

"Rasky"

"Iya?"

"Sekretaris mu sudah nenek Carikan yang baru. Pagi ini dia sudah siap menggantikan sekretaris lama mu"

Rasky membola
"Loh-"

"Kenapa? Kamu ga suka? Terlambat. Dia sudah siap jadi sekretaris mu kedepannya. Urusan sekretaris lama mu itu jangan dipikirkan, nenek udah kasih dia pesangon dua kali lipat"

Dalam diamnya pikiran Rasky berkecamuk. Bagaimana bisa perusahaan yang ia pimpin diatur seenaknya oleh orang lain? Oke. Nenek nya bukan orang lain, tapi- yang bekerja dia, yang merasakan juga dia, kenapa harus dia juga yang mengalah?

"Nek, sekretaris ku itu udah lama ngertiin posisiku di kantor. Bukannya nolak, tapi aku bener bener pilih dia yang berkompeten"

Mata tua itu sedikit mendelik tajam
"Maksudmu pilihan nenek tidak berkompeten?"

"Bukan. Tapi Rasky yang bakal tau gimana kinerjanya, harusnya Rasky juga yang milih sekretaris Rasky secara langsung"

"Diam kamu. Jangan membantah. Dia juga berkompeten, berpendidikan tinggi, martabatnya juga bagus. Sekarang kerja, jangan malas Kalasan di rumah. Nenek minta sekali saja kamu nurut sama apa yang nenek ucapin"

Wanita tua itu melengang pergi. Menuju halaman belakang tempat biasanya berjemur guna mendapatkan banyak vitamin D di pagi hari

Wina datang setelah membawa perkakas makan yang kotor ke dapur. Ia menghampiri sang anak yang sudah kehilangan mood pagi nya

"Sayang, kamu bisa kok nolak nenek" ucap Wina penuh kelembutan

Terkadang Rasky berpikir. Bukannya batas kesabaran manusia ada batasnya? Bagaimana dengan mama nya yang nampak selalu sabar bagaimanaoun kondisinya? Apa ia memendam perasaannya sendiri?

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang