ANSA - 40

128 21 1
                                    

Berada di rumah sakit selama hampir seminggu membuatnya suntuk. Hari ini ia diperbolehkan pulang, dengan bekal segenggam obat obatan yang kian hari kian bertambah. Ia tidak suka, tapi harus

Rasky datang ke rumah sakit menjemputnya. Bukan alasan, ia meminta waktu itu karena sebelumnya ia tidak sempat ke rumah sakit karena urusan pekerjaannya

"Mas Rasky ga kerja? Ga sibuk?" Tanya Hana

"Nggak, lagi ga sibuk di kantor"

Haidar turun dari Banjar rumah sakit
"Beneran ga papa?"

"Ga papa. Tante Joy di administrasi"

Ketiganya berjalan ke luar ruangan. Di resepsionis, ia melihat kedua orangtuanya membayar uang administrasinya selama ia di rumah sakit. Fakta yang masih nampak mengejutkan baginya itu tak urung membuat ia sedih. Melihat bagaimana nantinya penyakitnya ini akan mempersulit keadaan keluarganya

"Pulang, Dar"

.

Haidar duduk bersandar di kasur miliknya. Meraih ponsel yang sudah tak bernyawa, dan mengisi dayanya

Tinggal ia dan Rasky di kamar itu. Hana, Joy, dan Baekhyun membersihkan sudut sudut rumah yang mulai tak terurus karena menunggu anggota keluarga mereka di rumah sakit

"Mau apa?" Tawar Rasky

Haidar menggeleng
"Ga pengen"

Rasky menghela nafas. Melepas jas yang masih melekat ditubuhnya, menanggalkan sebuah kemeja di tubuh kecilnya

"Kenapa ga bilang kalo sakit?" Tanya Rasky

Haidar terdiam
"Ga papa. Bukan masalah"

"Bukan masalah apa sampai harus dirawat satu Minggu di rumah. Sakit? Itu penyakit berbahaya. Aku-"

"Ga perlu. Lo udah baik tebus obat obatan gw, ga usah lagi Lo repot repot bantuin gw"

Rasky mendelik
"Itu juga untuk kesehatanmu"

"Beneran ga usah, Ky. Ga papa"

Pada akhirnya Rasky mengalah. Ia mengedikkan bahu, dan berjalan menuju sofa ruangan itu. Menyandarkan punggung pegalnya

"Lo banyak pikiran?"

"Ga juga"

"Kenapa gitu?"

"Biasalah"

Haidar mengeryit
"Apa? Nenek lagi? Om Chandra lagi?"

"Nenek udah nggak. Sekarang papa"

"Ya udah cerita"

Lama Rasky terdiam, dan Haidar masih setia menunggu. Ia tahu betul apa yang membuat sahabatnya itu sedikit kusut sore hari itu

"Perjodohan... Lagi"

Tepat sasaran. Pikirannya tak jauh dari kata perjodohan yang terlontar dari bibir sang lawan bicara

"Lagi? Lo ga dikasih kelonggaran buat nentuin pasangan Lo sendiri?"

"Maybe, nggak"

"Lo masih muda, Ky. Masih banyak kalo cewek bohay diluaran sana yang mau sama Lo"

"Bukan tipe ku. Yang bohay banci lapangan sebelah tuh"

Haidar tergelak
"Tau aja Lo. Iya, dia montok kan?"

"Menjijikkan"

Haidar puas menertawai wajah kusut Rasky. Suatu hiburan baginya

"Tapi-"

"Apa?"

"Mama setuju sama perjodohan itu"

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang