ANSA - 31

126 20 1
                                    

Note.
Hallo, selamat siang. Semangat yah. Buat yang PAS, kerja, kuliah
Disini aku cuma mau bilang sedikit, cerita ini aku HIATUS in dulu. Sampai Minggu depan. Ya, karena saya masih PAS, dan udah kelas 12
In syaa Allah, habis PAS cerita nya dilanjut lagi

Yang mau nunggu silahkan ya, yang enggak ga papa. Aku ga maksa

See u next week
Semangat PAS nya kalian💚

...

Sejak kemarin ia masuk rumah sakit, yang di lakukan Haidar hanya berbaring di Banjar rumah sakit. Selang infus di tangan kiri membatasi pergerakan nya berlebihan

Terkadang ia ingin ke taman rumah sakit jika fajar masih malu malu menampakkan dirinya. Menikmati matahari terbit di taman rumah sakit. Tapi niatnya pupus saat untuk duduk saja pusing di kepalanya semakin bertambah. Entah apa guna dua kantong darah yang di alirkan ke tubuhnya kemarin. Rasa rasanya tidak ada perubahan apapun yang ia rasakan

"Pagii"

Ia menoleh ke arah samping. Sosok wanita interpreneur membuka gorden rumah sakit dengan luasnya. Menepuk nepuk sofa rumah sakit, dan menghampiri dirinya yang masih diam memperhatikan sosok itu

"Mama kapan bangun? Hana mana?" Tanya Haidar

Joy, seorang ibu dari sosok yang terbaring kemah di ranjang rumah sakit itu tersenyum manis

"Ini masih hari sekolah. Hana sekolah tadi pagi. Mama bangunnya belum lama kok"

Haidar mengangguk

Joy ke kamar mandi, lalu kembali dengan sebaskom air hangat

"Di lap dulu ya badannya. Tangan sama kaki aja"

Sontak saja Haidar menolak
"Ga usah. Jangan. Biar Haidar aja yang ngelap"

Joy terkekeh
"Dari kecil kamu ga mau yang namanya tubuhnya di lap orang. Mau nya sendiri aja. Inget kan waktu TK? Udah sakit, rewel, ga mau di lap lagi. Sekalinya di lap tumpah semua airnya. Itu waktu kamu sakit demam aja. Sekarang kamu juga lagi sakit, sayang. Mana sampai diinfus gini. Jangan nolak ya. Kalo udah sembuh nanti ga usah di lap langsung mandi aja ga papa"

Haidar merasakan pipinya memanas. Ternyata kenangan manis itu masih setia diingat sang mama

"Ma"

"Hmm?"

"Papa kok ga ikut pulang?"

Joy melihat sosok Haidar yang kini pun menatapnya. Katakan Haidar polos, melihat mata bulat itu menatap netra sang mama dengan penuh harapan, tak seorang pun yang tak bisa menahan gemas padanya. Alhasil Joy mencubit pipi berisi anaknya itu

"Papa kerja. Dia janji taun depan bakal pulang"

Lagi lagi Haidar terdiam. Kenapa harus taun depan? Ia bahkan tidak tau umurnya sampai kapan. Bagus jika nanti ia bisa membahagiakan kedua orang tuanya, bagaimana jika saat saat it belum datang, dia malah pergi? Dia butuh memaksakan kehendaknya. Setidaknya untuk satu hal ini

"Kok tahun depan? Ga bisa bulan depan? Minggu depan? Atau besok? Haidar kangen sama papa. Hana juga pasti"

Joy duduk di samping bangkar Haidar setelah merapikan kembali selimut yang dipakai Haidar
"Ga bisa. Atasan papa nyuruh papa lembur lembur an terus. Banyak hal yang harus ditangani"

Mau tak mau ia harus kembali menelan kekhawatiran karena ucapan Joy

"Ma, Haidar udah dua hari ga masuk buat ngajar. Skripsi Haidar gimana? Kan Haidar targetnya mau lulus semester ini"

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang