ANSA - 30

132 23 1
                                    

Decit roda bangkar rumah sakit terdengar nyaring. Beberapa tenaga medis dengan cepatnya membawa tubuh lemas Haidar di ruang IGD

Mereka yang mengantarkan Haidar dihalangi seirang suster yang menanganinya. Mereka diharuskan berada di luar ruangan

Tak lama setelah pintu ditutup, sesosok laki laki dengan tinggi semampai dan snelli putih khas dokter menerobos masuk

Tanpa sempat mengucapkan sepatah kata, Hana membiarkan sosok Davian kembali menutup rapat-rapat pintu IGD di depannya

"Aa' kenapa?" Lirihnya

Ia terus berjalan kesana kemari menunggu hasil terbaik yang masih diusahakan oleh dokter. Semoga saja begitu. Ia begitu berharap setidaknya Haidar berkata yang sejujurnya tentang apa yang dialaminya sampai harus dilarikan ke rumah sakit

"Hana, duduk dulu yah. Jangan gini. Haidar ga papa kok. Dia pasti ga papa" ucap Syafa sedikit menarik Hana agar duduk di kursi pengunjung

"Kak, a' Idar ga pernah selama ini sampai sakit separah itu. Paling demam aja, itu pun ga sampai masuk rumah sakit. Aku takut, kak"

Kuku tangannya ia gitu, kakinya bergetar hebat. Syafa mencoba menenangkan Hana dengan mengusap tangannya, memberi kekuatan pada sosok yang kini nampak rapuh itu

"Udah, ya. Kamu harusnya berdo'a aja buat keselamatan Haidar di dalam. Mama papa kamu juga mau pulang, kan? Jangan takut yah"

Hana mengangguk sekilas. Ia mencoba menetralkan deru nafasnya

Melihat hal itu sungguh membuat mulut Leo seperti dipaksa berteriak tentang keadaan Haidar yang sebenarnya pada Hana

Kalau boleh ia lakukan, ia akan memberi pelajaran pada Haidar karena dengan jahatnya ia menyembunyikan keadaannya sendiri dari sang adik

"Lo kenapa?" Bisik Juna

Leo menoleh. Memberi tanda isyarat untuk Juna diam. Yang lebih tua diam. Melirik tajam sosok tengil didepannya ini

Ditengah keresahan Hana, pintu IGD dibuka dengan bangkar rumah sakit yang terdorong keluar

"A' Idar?!"

Hana bangkit. Ia melihat kondisi sang kakak yang masih nampak lemas. Dua kantung darah dan infus mengalir kedua belah tangannya. Menambah ngilu rasa sakit di hati kecilnya

"Sakit?"

Haidar menoleh sekilas
"Ga papa"

Bahunya ditepuk dari belakang oleh Davian
"Kita bawa Haidar ke ruang rawat inap dulu ya. Kamu tanya tanya disana"

Hana melihat raut wajah gugup Davian. Peluh di wajahnya sangat menggambarkan dirinya yang masih diambang kekhawatiran. Entah apa

Hana mengangguk. Ia membiarkan bangkar sang kakak didorong beberapa perawat ke ruang rawat inap

Ponselnya berdering. Panggilan dari sang papa
"Assalamualaikum. Halo, pa?"

"..."

"Alhamdulillah, a' Idar udah di ruang rawat inap kok. Kalian udah berangkat?"

"..."

"Loh? Kenapa? Mama gimana?"

"..."

Hana menghela nafas
"Hati hati ya, bilangin mama. Hana ke a' Idar dulu"

"..."

"Waalaikumussalam"

Hana memasukkan ponsel ke saku seragamnya. Dan berbalik ke arah Syafa, Leo, dan Juna

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang