3 hari kemudian...
"Naya, ayo sayang. Kita ke RuSuh" ajak Ira
Gadis berbalut gamis navy dengan hijab senada itu mengangguk pelan. Meraba dimana letak tongkatnya, dan berjalan menuju sumber suara
"Papa sama mas Zaki ikut, Bu?"
"Ikut, mereka di mobil. Ayo"
"Iya"
Keluarga Luthfi secara khusus mendapat undangan acara pengajian di RuSuh. Sejak kemarin Eni, selaku yang tertua di RuSuh meminta waktu agar sekeluarga itu datang ke tempat mereka. Tujuannya untuk mengadakan pengajian rutin. Entah kenapa yang biasanya di lakukan pada hari Jum'at, mereka sudah melakukannya di hari Selasa. Entahlah, yang penting kebiasaan itu tidak hilang
"Haidar gimana kabarnya, Nah?" Tanya Zaki
Naya menoleh sedikit
"Tumben nanyain, Mas? Kenapa?""Ya kan tanya, ga boleh?"
"Ga tau, ga kontekan kita" ucapnya sambil membuang muka ke luar mobil
Ira tau maksud Zaki. Lelaki itu kejadian kemarin lusa yang terjadi di malam Naya ulang tahun. Hanya saja, ia masih berusaha meyakinkan diri jika tak ada yang salah dengan gadis itu. Tapi ternyata ia salah. Dia tahu jika Naya masih belum menerima itu, walaupun ia tahu jika Naya tak tau apa alasannya
Tak lama, mobil masuk ke pekarangan RuSuh. Sorak Sorai anak dibawah umur menyambut kedatangannya. Lentera kecil masih senantiasa dinyalakan setiap malam
"Eh pak Luthfi" sapa Eni
"Iya, Bu. Maaf kalo saya telat ya"-Luthfi
"Nggak kok, pak. Belum dimulai. Kalau begitu masuk saja, pak. Udah ada ustadz didalam. Pengajian bisa dimulai sekarang" ajak Eni
Keempatnya masuk. Duduk bersebelahan satu sama lain. Naya ditengah-tengah Ira dan Luthfi, senyum kecilnya nampak membuat ia semakin anggun
"Bu Eni, boleh saya tanya? Ini pengajian dalam rangka apa ya, Bu?" Tanya Ustadz itu
"Emm- anu... Itu pak- ah iya, buat kirim do'a aja. Semoga hal hal buruk dijauhkan, seperti biasa ya, pak"
Naya menangkap suara gemetar dan gugup dari Eni. Tapi ia sendiri tak bisa memastikan jika benar wanita itu gugup hanya untuk mengatakan apa tujuan diadakannya pengajian ini
"Baik, bisa kita mulai. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..."
.
Pengajian selesai. Naya duduk di teras RuSuh bersama Zaki. Lelaki itu entah kenapa terus membuntutinya kemana pun ia pergi
"Dek"
"Hm?"
Satu panggilan langka yang ia dapatkan dari sosok Zaki. Lelaki itu lebih sering memanggil ia dengan nama, dan kalau ia dipanggil seperti tadi, ada hal penting yang mungkin ingin Zaki sampaikan
"Kamu kenapa?"
"Aku? Ga papa"
"Jangan bohong. Masalah Haidar, ya?"
Naya diam. Mungkin mencerna ucapan spontan Zaki, atau juga memikirkan hal lain
"Mas udah ada calon buat jadi istri belum?"
"Ngapain ngalihin topik? Mas nikah kalo kamu udah dapet pasangan. Sekarang jawab pertanyaan mas tadi"
Naya meneguk ludahnya sendiri. Zaki tidak mudah dibohongi. Seakan pikirannya bisa dibaca saat itu juga
"Mas, emmm..."
"Apa??"
"Aku- kalo suka sama seseorang boleh ga si?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Roman pour AdolescentsSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...