Mentari pagi menampakkan wujudnya. Menghiasi langit di ufuk timur, diiringi kicauan nyarin si anak burung
"Ga sekolah kamu?" Tanya Haidar pada sosok yang berdiri di depan kompor listrik itu
"Disuruh belajar sendiri di rumah. Aa' ga ngajar?"
"Hmm. Nanti. Pulang agak malem yah"
"Kemana?" Tanya Hana sembari mengambil beberapa lauk untuk dimakan Haidar
"Mau ke rumah om Luthfi. Lama ga kesana. Sekalian silaturahmi"
Hana mengangguk
"Ya udah. Ke RuSuh gak?"Haidar menelan makanan yang ia kunyah. Lalu membasahi tenggorokannya dengan seteguk air
"Ga tau. Kayanya sekalian aja deh, abis ngajar ke RuSuh, baru ke rumah om Luthfi"
"Terserah lah. Jangan lupa makan aja. Hana ga nganterin makanan"
"Hmm"
...
...Sesuai janjinya tadi pagi. Ia pergi ke toko kue milik Joni, dan membuat beberapa porsi kue coklat untuk ia bawa ke RuSuh dan ke rumah Luthfi
"Om Joni" panggil Haidar sembari melapisi loyang dengan olesan mentega
"Kenapa? Oh iya. Ga makan siang? Dari pulang tadi kami belum makan loh"
"Ga dulu. Om, Haidar resign ya"
Ia memasukkan loyang berisi adonan kue itu ke dalam oven, dan menatap kedua mata yang kini menatapnya lekat
"Iya" jawab Joni
"Hm? Om ga tanya kenapa Haidar resign?" Tanyanya sembari memiringkan kepalanya sedikit
Joni menyesap kopi yang tadi sempat dibuatkan Haidar
"Kamu udah waktunya resign, Dar. Skripsi kamu juga perlu di kerjain. Itu target kamu sekarang"Haidar mengangguk. Sedikit ia setuju dengan apa yang dikatakan Joni, tapi yang jelas bukan itu masalahnya. Dan kalian sudah tahu kenapa
Ting...
Oven berbunyi. 3 porsi kue berukuran sedang selesai ia buat. Ia mengemas kue itu, dan meletakkan dua lembar uang berwarna biru diatas kasir
"Om, sisanya potong gaji Haidar ya. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Joni menggelengkan kepala. Sungguh unik tingkah ajaib keponakannya itu. Berkali kali membuat kue dan merusuh di dapurnya, ia selalu membayar hasil kerusuhannya seharga kue yang ia buat
Tak lama ponselnya berdering
"Dia mau resign dari toko. Mungkin akhir bulan"
"..."
"Kamu jangan bohong!"
...
..."BANG IDAALLL!"
Teriakan si bungsu Ara dan Arun menjadi sambutan meriah bagi Haidar. Bagaimana tidak, dua bocah itu spontan berlari dan memeluk kaki Haidar. Padahal mereka baru saja selesai mandi
"Eyyy, assalamualaikum"
Haidar berjongkok didepan dua makhluk kembar yang menatapnya penuh binar itu
"Waalaikumussalam. Bang Idar kok lama gak kesini?"
Haidar terkekeh. Arun nampak lebih paham dengan kondisi sekitar, meski belum genap 5 tahun. Berbeda dengan Ara yang kembali berlari entah kemana. Sampai tak lama kembali dengan boneka Barbie berbaju pink dipelukannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Fiksi RemajaSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...