ANSA - 14

113 21 0
                                    

Derik serangga dan tiupan angin sepoi malam menjadi melodi indah malam itu. Sinar sang Dewi malam yang amat terang menjadi pelita alami bagi makhluk-Nya. Rasa tak cukup puas memandangi sang rembulan menggerayangi si pencinta satelit asli bumi itu

"Udah, jangan nangis. Nangis ga nyelesaiin masalah. Nangis juga ga bikin masalah hilang. Udah ya, masalah kamu mungkin rumit, tapi kamu ga tau gimana masalah orang di luaran sana. Kalo kamu ga yakin, aa' bisa kok ajarin kamu. Jangan salah, gini gini aa' mahasiswa sastra Indonesia" ucap Haidar dengan sedikit membusungkan dada

Hana mengusap air matanya
"Iya"

"Gitu dong. Sekarang cuci muka. Bentar lagi kita berangkat" ajak Haidar

Hana mengeryit
"Kemana? Acaranya kan jam 7 a' "

"Iya, masa iya kita ga bantu bantu? Beli apa kek gitu buat buah tangan"

"Ya udah. Aku ganti baju dulu"

"Hmm"

Sepinya malam dan gelapnya jalanan tak menghalangi niat dua bersaudara itu ke tempat yang Haidar kunjungi

"Beli apa enaknya?" Tanya Haidar

"Emm, roti?"

"Jangan deh kayanya. Yang punya acara pesen kue juga ke toko om Joni"

"Parsel?"

"Ini pengajian, bukan lebaran. Aneh aneh aja si"

"Ya udah apa?"

"Fiks, buah aja"

Hana menggerutu. Ia turun dan merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan
"Tau beli buah kenapa sok sok an tanya hah?"

"Ga papa. Biar kamu ga sedih lagi"

"Ck. Terserah. Mbak, beli buah ya. Di bikin yang bagus" suruh Hana

"Mau beli berapa, mbak?" Tanya penjaga toko itu

Hana menoleh kearah Haidar yang nampak acuh
"A'! Beli berapa?"

Haidar memasukkan ponselnya ke dalam saku Hoodie
"Emm, yang jelas cukup buat anak RuSuh"

Hana mengangguk
"5 ya, mbak. Banyakin anggurnya"

"Anggur? Merah apa ungu? Buah apa minuman?" Cerca Haidar

"Amer!"

Haidar terkekeh. Ia berjalan dan bersandar di jok motornya. Sedikit pening ia rasakan namun hilang saat ia sudah menggelengkan kepalanya kuat

"Aa' kenapa?"

Ia mendongak
"Hah? Ga, gapapa. Yuk"

"Ayok"

...
...

"Ya ampun, Dar. Kamu Dateng juga ternyata"

Haidar dan Hana menyalami tangan Luthfi yang terulur. Sosok Naya juga nampak berdiri di samping Luthfi

"Loh, mbak ini yang juara 2 festival itu, ya?" Tanya Hana

Naya mengeryit
"Emm, iya. Kamu siapa?"

Dasarnya Hana yang mudah bersosialisasi, ia langsung mengangkat tangan Naya untuk diajak berjabat tangan

"Ehh!"

"Kenalin, aku Hana. Adiknya a' Idar"

"A'- Idar? Maksudnya Mas Haidar?"

Sentakan kecil Haidar rasakan dalam perutnya. Wajah polos Naya dan godaan dari Hana membuat Haidar mati kutu

"Kok pada diem dieman? Ayo masuk, Dar, Hana juga. Ayo masuk"

"Hehe, iya, Nay. Haidar sama Hana ke dapur aja ya, bantu Bu Ira" ajak Haidar

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang