"sekian pengajian kita pada malam hari ini, semoga almarhumah diterima disisi Allah SWT. Aamiin aamiin ya rabbal 'alamin"
Haidar menutup acara yang sejak sejam kaku berlangsung. Bacaan ayat ayat Alquran juga doa doa pun turut dipanjatkan
Kini seluruh tamu sudah berdiri dari duduknya. Mencari kesenangan tersendiri di rumah itu. Terlebih anak anak yang nampak riang
"Ayo anak anak, yang sopan ya" peringat Eni, ibu asuh mereka
"Iya, Buu!"
Tak lama Luthfi datang
"Ga papa Lo, Bu. Wajar kalo mereka aktif, mereka masih anak anak juga. Oh,ibu bisa ambil makanan disini. Kebetulan tadi udah disiapin makanannya"Ehh, iya, pak. Terimakasih"
Luthfi ke dapur. Menyusul putrinya yang tadi dituntun Haidar ke dapur
"Makanan udah siap?" Tanyanya
Ira menoleh sekilas
"Selesai. Sekarang apa nanti?""Kayanya sekarang aja ga sih, Bu? Anak anak juga kayanya harus pulang. Malem Lo" kata Hana
"Iya juga. Kasian Bu Eni. Pasti capek. Kita kasihin itu terus suruh mereka pulang kalo emang mau pulang"
...
..."MAKASIH, KAK NAYAAA!"
Koor anak anak RuSuh membuat hati Naya menghangat. Tak ada hal paling istimewa baginya jika bukan sebuah tawa seorang anak
"Iyaa, dimakan ya. Maaf kalo ga enak. Sekarang kalian pulang, istirahat, besok sekolah. Oke?"
"OKE, KAK!"
"Bang! Bang Idal ikut Ala?" Tanya si kecil Ara
Haidar jongkok didepan Ara
"Enggak dong. Nanti mbak Hana gimana? Katanya kalo malem ada pocong terbang. Ara ga takut?""Takut" jawabnya polos
"Ya udah, sekarang Ara sama lainnya, Arun juga, pulang, terus tidur. Udah malem. Dianterin sama pak Supri ya?"
Ara mengangguk. Lalu mencuri satu kecupan di pipi Haidar membuatnya tergelak
"Ehhh, nakal ya? Hmm"
Haidar menghujani Ara dengan kecupan di wajahnya
"AMPUN!" pekiknya
Puk puk
Pahanya di tepuk pelan. Sosok Arun berdiri di samping Ara
"Arun, kenapa?"
Arun mengulurkan tangan. Dengan maksud meminta agar Haidar menjabat tangannya
"Arun mau pulang sama bang Arkan. Assalamualaikum!"
Sosok kecil itu langsung berlari ke arah Arkan, sontak Haidar menaikkan sebelah alisnya
"Itu dia cemburu kamu sama Ara terus, Dar" ucap Eni
Haidar terkekeh
"Oalah. Dah, biarin dulu, Bu. Kapan kapan Idar ajak dia main""Ya udah. Kami pamit ya. Pak, nak Naya, Ira, Hana, kami pulang dulu. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Mobil dengan ukuran sedang itu melaju membelah jalanan kota Bogor malam itu
Kelima orang itu kembali ke dalam rumah guna membereskan kekacauan yang ada
"Bu, Mas mana?" Tanya Naya menarik atensi Haidar
"Engga tau. Kayanya dia ke belakang deh tadi"
"Mas siapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...