"ada yang ditanyakan?"
Suasana hening menyelimuti satu kelas di jenjang akhir pendidikan sekolah menengah itu. Pantulan suara yang menggema kembali terdengar oleh sang pembuat suara
"Tidak ada?"
"Tidakkk!"
Guru wanita itu tersenyum. Mengemasi barang-barang yang ia gunakan sebagai media mengajar, dan keluar dari dalam ruang kelas
"Baik. Sekian dari saya. Selamat siang"
"Siang, Bu!"
Seketika riuh pecah diiringi decitan kursi yang digeser kesana kemari sesuai keinginan pemiliknya
"Hana!"
"Hah, hah? Apa?"
Hana yang tadinya baru saja ingin menulis materi di papan tulis harus berjengit kaget karena Zahra spontan menepuk bahunya dari belakang. Kelas itu duduk dengan kursi dan meja individu
"Apa si! Kaget tau"
Zahra menampilkan senyumnya
"Tadi, biokatalisator itu apa?"Nafas Hana menggebu
"Ya kenapa ga tanya tadi, hah? Gw juga ga bisa jelasin, Ra. Gw-""Permisi, atas nama Hana Fitriyani di panggil pak Udin di kantor BK. Sekian terima kasih"
Hana diam. Sosok Sagara yang masih setia berdiri diambang kelas mencuri atensinya saat ini. Hingga sorak Sorai teman sekelasnya termasuk Zahra harus membuyarkan lamunannya
"EKHEM, ngapain tuh? Spill dong"
Hana acuh. Melemparkan gumpalan kertas yang ia gunakan tadi ke meja Zahra dan berjalan menghampiri Sagara di luar kelas
"Sekarang?"-Hana
"Iya. Katanya suruh cepet. Pak Udin mau ngajar kelas 10 abis istirahat"
"Ya udah ayo"
Keduanya berjalan sedikit cepat. Atau mungkin sedikit berlari. Puluhan pasang mata melihat ia yang berjalan bersama- bukan, berjalan dibelakang Sagara sedikit membuat ia risih
"Hana, ayo. Kok pelan?" Ajak Sagara
Hampir saja Sagara meraih tangan Hana namun gadis itu malah berlari mendahuluinya
"Gw ke toilet bentar""Hah? Oke"
Mau tidak mau Sagara harus berjalan sendiri ke ruang BK. Berbanding terbalik dengan Hana. Ia berbohong, tujuan sebenarnya hanya untuk menghindari tatapan tajam siswa lain
Sagara mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam ruang BK saat sosok berumur matang mempersilahkan ia masuk
"Loh, dimana Hana?"
"Ke toilet bentar, pak"
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumussalam. Hana, ayo masuk" titah pak Udin
Hana masuk dengan nafas tersengal. Degup jantungnya berpacu cepat seperti akan lepas dari tempatnya"Hah haha, maaf pak, saya telat"
"Ga papa. Baru istirahat juga"
Hana mengangguk. Lalu pak Umum mengambil 2 lembar brosur dari dalam map nya
"Bapak harap kalian mengikuti ini"
Keduanya membaca dengan seksama apa yang tertulis dalam brosur itu
"Hah? Debat terbuka mengenai masalah full day school?" Beo Hana
Pak Udin mengangguk
"Iya, sebenarnya ini acara tahunan sekolah kita dengan sekolah dari daerah lain. Tahun lalu pun sudah, dan sekarang adalah tahun ketiga kita mengikuti lomba debat terbuka ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...