Haidar mematut diri di depan cermin setengah badan miliknya. Setelan kemeja dibalut almamater biru nya dan celana bahan yang melekat pas di tubuhnya. Tentu saja ia akan menepati janji untuk melakukan salah satu syarat wajib kelulusan di sekolah Hana
Hana berangkat beberapa menit yang lalu, dan ia masih ada waktu satu jam kedepan
"Beli makan aja kali ya di toko om John"
Ia bergegas. Mengunci pintu rumah, dan melajukan motor miliknya ke toko roto milik Joni
...
"Assalamualaikum, om!"
Sosok pria dengan celemek di depan tubuhnya itu menoleh sekilas dan tersenyum
"Waalaikumussalam. Tumben kesini. Biasanya sore"Haidar asal mengambil sisa potongan kue di piring dekat kompor
"Haidar mau jadi guru buat satu bulan ke depan""Guru?" Tanyanya sembari membersihkan peralatan dapur yang tadi digunakan
"Iya. Idar mau skripsian. Makanya kerja lapangan dulu"
"Loh, udah di ACC? Kan kemarin belum bener"
Benar Joni mengetahuinya, sebab Haidar memaksanya berpikir hampir semalam hanya untuk selarik judul skripsi
"Haidar pinter, om"
"Pinter pinter. Pake judul mana kamu?"
"Gini 'PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI TEKNIK PENGANDAIAN DIRI SEBAGAI TOKOH DALAM CERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL' bagus gak bagus gak? Bagus dong. Haidar gitu loh"
Joni mengangguk
"Tumben encer""Ya dong. Om, Idar bikin nasi goreng ya disini. Seporsi doang ada dong, ya kan"
Joni mengeryit melihat Haidar yang terus menyiapkan peralatan memasaknya
"Biasanya makan mie. Tumben nasi goreng?"
Haidar menghentikan aksinya. Menoleh ke arah Joni yang memandangnya lekat
"Mie ga baik buat kesehatan"
"Terus siapa itu yang makan mie sore sore pas mau pulang kerja?"
"Itu dulu, om. Ga baik mie itu. Haidar masih pengen sehat"
Joni mengedikkan bahu
"Aneh kamu hari ini. Oh iya, tumben tumbenan kamu sarapan kalo pagi".
Dirasa cukup, ia bergegas pergi. Setelah berpamitan dengan Joni, ia berjalan perlahan ke tempat ia memberhentikan motornya
Ponselnya berdering. Selarik nama muncul di pop up notifikasi hp nya
"Assalamualaikum, halo, kak"
"Waalaikumussalam, Dar. Nanti sore jangan lupa ke rumah sakit ya"
Jantung Haidar seakan berhenti berdetak. Beberapa saat ia sedikit takut dengan apa yang Davian ucapkan
"Ngapain?"
"Kok ngapain? Check up, Dar. Obat nya udah diminum kan?"
"Udah, kok. Ini mau- PAK, AWAS!"
Sekuat tenaga Haidar menarik sosok yang hampir menjadi bulan bulanan motor yang berkendara ugal-ugalan di jalan raya
"DAR! HAIDAR?! KAMU KENAPA?!"
Haidar melirik ponselnya yang ternyata masih menyala, dan kembali menghampiri sosok tadi
"Kak, udah ya. Haidar ga papa, beneran. Nanti di rumah sakit Haidar cerita"
Raut wajah nya panik melihat pria yang baru saja ia tolong tadi nampak syok di tempat
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...