ANSA - 8

155 23 0
                                    

Hana mematut diri. Membenahi letak hijab di kepalanya, dan memasukkan buku buku pelajaran dalam tas maroonnya. Ia mengambil ponselnya yang Terchargw dan membawa semua itu ke lantai bawah

Hana berdiri menatap Haidar yang sibuk di depan kompor api. Memasak bahan makanan yang akan mereka santap untuk sarapan. Tak mewah, hanya sebuah nasinforeng sosis kesukaannya ditambah telur mata sapi diatasnya

"Pagi, a' "

Haidar menoleh sekilas, lalu melanjutkan kegiatannya menuangkan nasinforeng ke dalam piring

"Iya, duduk gih. Aa' ambil sendok dulu"

Hana menurut. Dilihatnya dengan telaten Haidar memindahkan nasi goreng buatannya dari wajan ke atas piring keduanya. Tak lupa sebuah telur mata sapi di masing masing piring

Hana cukup terkesan dengan Haidar. Bagaimana lelaki itu memasak. Bagaimana lelaki itu hidup dengan ia yang harus membagi waktu antara rumah, kuliah, dan kerja. Juga bagaimana lelaki itu yang sangat sangat rapih dalam menyembunyikan jejak kesedihan tadi malam

"Aa' baik baik aja, kan?"

Haidar yang baru saya menyuapkan sesendok nasi, kini berusaha menelannya dalam keheningan. Matanya menatap kosong piring Hana yang masih belum tersentuh si empu

"Ga papa. Kenapa?"

"Mata aa' item"

Haidar berusaha mengulas senyum, sembari tangannya mengaduk nasi di hadapannya

"Aa' begadang"

Hana mengeryit
"Ngapain?"

"Biasalah. Game, hehe"

Sosok itu tertawa. Tawa yang selalu Hana dengar tiap hari, selalu. Tapi kali ini, yang Hana dengan hanya tawa sumbang seorang Haidar

"Aa' kalo kangen mama papa telpon aja. Jangan mendem sendiri terus endingnya aa' sakitin diri aa' "

Haidar terdiam
"Maksudnya?"

Hana melipat kedua tangannya diatas meja. Persis seperti anak SD saat akan dipimpin berdoa

"Hana tau aa' rusuh semalem. Dari sebelah Hana denger aa' nahan teriak. Kasur juga aa' tepuk in"

Haidar membola. Apa sampai sekeras itu?

"Aa' ganggu, ya?"

Hana menggeleng
"Jujur aja, Hana juga begadang. Tapi ga malem banget. Selesai aa' rusuh, Hana tidur. Hana berusaha buat ga ikut campur masalah aa', tapi kalau dipikir, aa' ada masalah ya? Kayanya enggak. Masalah aa' cuma sama mama papa yang jarang hubungin kita disini"

Haidar menarik kedua sudut bibirnya lebar lebar. Kali ini senyum manis khas Haidar yang benar benar Hana lihat

"Makasih, ya. Nanti aa' libur kerja. Aa' mau coba telpon mereka"

Hana mengangguk. Lantas keduanya menyantap makanan yang tersaji, dan Hana beranjak mencuci piring bekas keduanya

"Beruntung kamu cuma tau kalo aa' kangen appa eomma aja, Han"

...
...

Hana turun dari jok motor Haidar. Berdiri sembari merapikan kerudung sekolahnya

"A', Hana masuk, ya. Aa'-"

"Loh, bang Idar, ya?"

Atensi keduanya teralihkan oleh sosok tinggi setinggi Hana. Tidak berhijab, namun seragamnya masih sopan untuk ukuran anak SMA

"Iya" hanya itu yang mampu Haidar katakan. Mengingat ia yang tak kenal siapa perempuan didepannya ini

"A', ini Zahra kalo aa' lupa"

Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang