Hari ini waktunya Hana belajar bersama di rumah Sagara. Hari Minggu yang biasa ia gunakan untuk membersihkan rumah, seketika ia gunakan hanya untuk bergelung dengan ribuan kata yang nantinya harus ia taklukkan
"A' Idar, ayoo" ajak Hana yang sudah siap dengan segala perlengkapan perbulannya
Haidar turun dengan kaos putih dan celana hitamnya seketika terdiam
"Kemana?" Tanyanya
"Kok kemana?!" Sentak Hana
"Lah? Emang mau kemana?" Tanya Haidar lagi
"Anterin aku ke rumah Sagara, a' "
Haidar mengangguk
"Ambil jaket dulu. Hp juga lupa"Hana mengangguk. Setia menunggu di tempat ia berdiri. Tak lama suara derap langkah Haidar memenuhi ruangan
"Dah, ayok"
Hana melongo
"Katanya mau ambil jaket. Kok cuma ambil hp doang?"Haidar menepuk dahinya
"Astagfirullah, lupa aku. Tunggu"Hana kini terduduk di anak tangga terbawah. Masih setia menunggu Haidar yang mendadak pikun di pagi hari
"Udah, ayok"
Lagi lagi Hana terdiam dengan Haidar
"Tapi itu Hoodie, bukan jaket"Haidar menggeram
"Ck, udah lah. Capek tau keatas ke bawah Mulu. Rumahnya tau?""Udah di sharelock"
Haidar mengangguk. Lalu sedikit berlari menuju garasi rumahnya. Sementara itu Hana masih sedikit bingung dengan tingkah Haidar. Seperti remaja jompo yang apa apa harus diingatkan. Seperti melupakan segala hal. Belum lagi saat subuh tadi ia lihat Haidar nampak menahan pusing sedikit lama sebelum akhirnya memimpin sholat subuh berjamaah di rumah
Ia duduk di jok belakang Haidar
"A', aa' ga papa kan?"Haidar terdiam
"Kenapa?""Aa' masih pusing?"
"Enggak. Kenapa?"
"Ga tau, pengen tanya aja. Oh iya, katanya ayahnya Sagara sakit. Beli buah dulu yuk. Hana udah bawa uang"
Haidar mengangguk. Lalu memacu motornya membelah jalanan kota Bogor pagi itu
...
..."Assalamualaikum" ucap Haidar
Tak ada sahutan. Hanya suara penggorengan yang terdengar dari arah dapur rumah sederhana itu
"Assalamualaikum! Sagara?" Teriak Hana
Tak lama suara kompor dimatikan kembali terdengar. Sagara berlari ke depan menemui tamu paginya
"Waalaikumussalam. Astaga, sorry sorry, gw kira di tetangga, Han. Masuk masuk, bang Haidar"
Sagara mempersilahkan keduanya masuk. Mereka duduk di kursi tua yang sudah lusuh, namun masih nampak kokoh
"Emm, sorry, tapi rumah gw emang kaya gini. Sorry kalo sekiranya kalian ga nyaman, kita bisa-"
"Ga papa. Kita juga pernah tinggal di rumah kaya gini sebelum mama sama papa usah lebih keras lagi" lerai Haidar disertai senyuman nya
Sagara tersenyum. Setidaknya masih ada orang baik yang mau memaklumi keadannya
"Gar, bokap Lo masih sakit?"
Sagara mengangguk
"Udah mendingan juga. Abis minum obat tadi. Mau jenguk?""Kalo ga ganggu ya ga papa"
"Enggak, ayo"
Hana mengikuti langkah Sagara, disusul Haidar di belakangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Semesta dan Athala (Tamat)
Teen FictionSemesta itu unik. Seindah pertemuan dan sesedih perpisahan. Seterang Matahari dan seredup Bulan. Sejauh Mentari dan rembulan, namun sedekat senja dan fajar Seperti Semesta yang membuat kesedihan menjadi kebahagiaan Seperti Semesta yang menjelma men...