RENJANA BY SISKAKRML
Instagram : @siska_krml dan @hf.creations
****
Mentari baru sempurna sampai di ujung cakrawala, mengabarkan bahwa ada hari yang harus dijalani, ada kelanjutan dari masalah yang kemarin terselesaikan. Aku baru saja membuka pintu berniat berangkat bekerja, tetapi pria yang berdiri sambil bersandar pada mobilnya di pelataran rumah, membuatku terpaku.
Pria itu tersenyum, membawa sesuatu dibungkus paperbag. Senyumnya mulai terlukis, meski bagitu aku tetap menatapnya dingin.
"Aku kira aku terlambat," ucapnya mengawali percakapan.
"Marah, ya?" lanjutnya yang bagiku adalah pertanyaan bodoh.
Jio memelukku, mengusap pelan rambutku. "Maafin aku ya, Ta, aku gak seharusnya bersikap bodoh dengan ninggalin kamu gitu aja. Aku memang cowok paling gak berguna."
Aku hanya diam, tak bersuara dan tak membalas pelukannya.
"Aku nyesel."
Lenganku mendorong pelan tubuhnya menjauh dari tubuhku, mengunci pintu rumah dan berjalan meninggalkannya.
"Ta, kamu gak mau maafin aku?"
"Kamu mau antar aku berangkat kerja, kan?" tanyaku dengan percaya diri,
Ia tersenyum, membukakan pintu mobil untukku. "Silakan, tuan putri."
Aku hanya mendengus, sejujurnya aku sangat suka ketika ia bersikap seolah tidak ada perempuan lain yang ia istimewakan sebagaimana ia mengistimewakanku, meski sebenarnya jawaban dari kalimat itu sudah kutemukan sebelum hari ini.
"Aku masak nasi goreng buat kamu."
"Kamu atau Mama kamu?"
"Aku, sayang, sumpah."
Aku hanya mengangkat bahu seolah percaya, hal itu membuat Jio kesal. "Sumpah, aku sampai bangun subuh, Ta."
"Iya, Jio."
"Percaya?" tanyanya memastikan.
"Nggak."
"Tuh kan."
Aku tersenyum geli. "Iya, aku percaya."
"Jadi?"
"Apa?"
"Udah maafin aku?"
Aku mengangguk pelan, sementara Jio menarik salah satu jemariku dan mencium punggung tangannya. "Aku ngelakuin hal baik apa, ya? Sampai-sampai Tuhan baik banget ngirim makhluk sebaik kamu."
***
Jam kerja akhirnya berakhir, Arin adalah pegawai yang paling semangat berjalan menuju ruangan karyawan dan bergegas keluar setelah berpamitan denganku. Aku hanya mendengus melihatnya. Memang tak ada perjalanan yang terasa lebih menyenangkan dibanding pulang, seolah setiap makhluk harus punya tempat yang ia sebut rumah. Meski terkadang, pulang berwujud kita. Manusia.
"Jio pasti lagi sibuk," ucapku bermonolog seraya menatal layar ponsel, mencoba menghubungi Jio namun tidak berhasil. Sejak mengantarku ke tempat kerja pagi tadi, tak lagi kudengar kabarnya.
Aku membiarkan pria itu tenggelam dengen kesibukannya, memilih berjalan pulang. Namun, tepat ketika langkahku sampai di meja kasir, aku berhenti melihat beberapa orang berkerumun di depan toko, salah satu pegawai terburu-buru mengambil minyak angin di kotak P3K yang menempel di ruang karyawan. Aku menghampiri seorang perempuan yang sibuk menghitung total pembelanjaan di depan komputer.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
RomanceGrita Anatasya, gadis malang yang terusir dari rumahnya dan berkelana sampai ia menemukan Bandung dan pria asing yang akhirnya mejadi cerita terhitung Tahun. Bahagia, luka, makna setia, dan bagaimana mereka saling merumahkan adalah renjana yang semp...