35 -Dan Hancur

302 67 26
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Grita

Satu minggu, Ji, bukannya ini terlalu lama kamu pergi? Atau memang kamu nggak mau pulang?

Grita

Rasanya menunggu kamu cuma akan membunuh aku, Ji.

Grita

Mulai hari ini aku mau ikut Mama urus butik. Bikin diri aku sesibuk mungkin, berusaha untuk nggak nangisin kamu lagi.

Grita

Ji, aku tahu ini gak mungkin, but I hope I can see you again, just one day.

Satu minggu berlalu seperti satu tahun, jejak air mata masih basah dipelupuk mata. Semua hal yang hilang ternyata mampu menghabisi diriku sedikit demi sedikit, seolah dalam tubuhku dipenuhi memar, seolah bergantinya hari adalah kutukan.

Aku menghabiskan makananku, beralih mengambil buku sketsa yang hampir penuh. Selain mengirim pesan singkat pada Jio, aku menghabiskan satu minggu untuk membuat rancangan gaun, hanya itu yang bisa kulakukan.

"Ma," panggiku.

"Iya, Ta?"

Aku memberikan buku sketsa itu pada Mama, ia menatap bingung. Papa yang ikut penasaran berdiri di belakang Mama, melihat isi buku itu.

"Ini kamu yang bikin?" tanya Papa tak percaya.

"Cantik-cantik, Ta."

"Pakai aja untuk koleksi di butik, Ma, mulai hari ini aku mau ikut Mama urus butik."

Mama menutup buku itu, beralih memelukku. "Mama sama Papa akan selalu nemenin kamu, sayang, kita lewatin bareng-bareng, ya?"

Mungkin memang benar, aku tidak bisa melewati ini sendirian, menutup diri dan menghabiskan waktuku untuk bersedih. Hidup harus berlanjut, dunia tidak berhenti, hanya aku yang tidak mau bergerak.

Akhirnya setelah sarapan itu, aku bersiap memulai pekerjaanku, menyapa kembali matahari setelah seminggu hanya menatapnya dibalik jendela kamar. Sepanjang perjalanan menuju butik, Mama sibuk membuka buku sketsa milikku, tak berhenti memuji.

"Sketchbook itu Jio yang kasih pas aku ulang tahun, Ma," ucapku seraya menatap kosong keluar jendela.

"Ta—"

"Dia bilang aku harus bikin satu gaun untuk pernikahan kami, tapi sekarang aku udah bikin puluhan sketsa, Jio justru pergi."

Mama menyentuh jemariku, "Sudah, Ta."

Aku hanya diam terus menatap kosong keluar jendela, meski begitu air mata tetap mampu bersuara.

"Yuk, Turun," ajak Mama ketika mobil berhenti di depan sebuah butik terbesar besar di kota ini.

Aku mengekor Mama hingga sampai di lobi utama, beberapa satpam menunduk menyapaku, aku hanya diam menatapnya. Mama berjalan lebih dulu, sementara aku memelankan langkah merasa asing dengan tempat ini. Semenjak aku pergi, tatanannya banyak dirubah, dinding juga sudah berganti latar, mungkin sudah belasan kali.

"Bu," panggil seorang karyawan, menghentikan langkah Mama.

"Iya, ada apa?"

"Untuk pembuatan gaun pernikahan anak Ibu, apakah akan dilanjutkan?"

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang