50 - Epilog

736 73 182
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Tentang bagian berikutnya sejujurnya sama, hanya saja kami tidak pernah bosan untuk mengulanginya, lagi dan lagi. Menyiapkan pakaiannya, memasak sarapan, mengantarkan makan siang, menjadi tubuh yang selalu ia cari ketika harinya melelahkan ataupun menyenangkan. Sebab beberapa hal, hanya perlu disembuhkan melalui sebuah pelukan

Pagi ini adalah jadwal libur seluruh pekerja di rumah kami, dengan sedikit memaksa aku membangunkan Malvin lebih awal. Pria itu hanya mengganti posisi tidurnya ketika mendengar panggilanku.

"Vin, ayo bantuin beres-beres dulu!"

Pria itu justru membenarkan letak kepalanya di atas bantal tanpa membuka mata atau menjawab ucapanku.

"Vin," panggilku mulai kesal 

"Mas Malvin," ucapku dengan nada sedikit ditekan.

Malvin membuka mata meski baru segaris. "Gimana tadi?" tanyanya dengan suara parau.

"Apa?"

"Manggilnya," ucap Malvin membuatku sedikit salah tingkah.

"Udah ah cepetan, bantuin aku. Cucian banyak banget, kita harus bagi tugas," ucapku seraya menarik lengannya namun justru Malvin balik menarik lenganku hingga jatuh di sampingnya.

"MALVIN!"

"Apa sayang?"

Wajahku memerah, aku bergegas kembali berdiri dan menarik lengan Malvin. "Malvin cukup bercandanya."

"Gak. Aku gak mau bantuin kalo kamu gak manggil aku kaya tadi," ucapnya mengancam.

"Manggil apa sih?"

"Yang tadi, kamu bangunin aku."

Aku mengerti apa yang ia maksud, hanya saja aku berlindung di balik kepura-puranku agar wajahku tidak semakin merah.Tetapi pekerjaan rumah lebih penting, setidaknya jika Malvin ada, pekerjaanku sedikit berkurang.

"Ya udah nih," ucapku memutuskan.

"Gimana coba?"

"Mas, Malvin, ayo bantu istrinya bersih-bersih."

Pria itu memamerkan sederet gigi, ia bergegas bangun dari tempat tidur untuk memelukku. "Morning," ucapnya.

"Agak kesiangan deh kayanya," sindirku.

Malvin terkekeh pelan. "Kamu gak sadar semaleman kamu gak bisa diem, harus banget aku elus-elus kepalanya baru diem."

Aku melepas pelukan, menyipitkan mata. "Masa sih?"

"Pasti gak percaya," ucapnya seraya berjalan meninggalkan kamar. Aku terkekeh mengekornya di belakang.

"Kamu tau nggak?"

"Nggak," sambarnya.

"Belum!!!"

"Iya iya apa?"

Aku menyamakan langkah, Malvin menarik pinggangku hingga merapat dengan tubuhnya. "Aku pegangin biar nggak jatuh."

"Bukannya lebih susah jalan dempetan gini, ya?"

Malvin nyengir tak berdosa. Aku mendengus pelan.

"Tadi mau bilang apa?" tanya Malvin.

"Kamu tau nggak kalau aku pengen banget selamanya di sini."

"Di Bandung? Nggak pulang ke Jogja?" tanyanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang