46 - Kembali

287 71 78
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Matahari masih bersinar, manusia masih berlalu lalang, waktu terus berputar. Semua masih seperti biasanya, tak ada yang berubah atau ikut hancur. Aku terus merekam setiap tempat yang aku lewati, menyusuri bahu jalan menuju kedai kopi terdekat. Seperti janjinya, perempuan itu sudah menunggu di meja terdekat dengan jendela besar menghadap taman kecil di belakang kedai.

"Maaf ya, Rin, gue yang ngajak malah gue yang telat."

"Gak apa-apa, tapi kayanya matcha lattenya yang kenapa-kenapa. Udah gak sepanas tadi."

Aku menyentuh cangkir matca latte milikku. "Masih panas kok."

Arin mengangguk tenang, ia menyuruhku segera duduk. "Jadi gimana keadaan lo?"

"Gue baik, Rin, lo sendiri gimana? Enak nikah?"

"Ya lo juga ngerasain lah pasti," ucapnya menaikturunkan alis.

Aku terkekeh pelan. "Gue gak tahu, Rin."

"Why?"

Sepertinya perlu ada jeda untuk menceritakan kisah singkat yang berat. Aku menyeruput matcha latte milikku, mengulur waktu.

"Are you okay?" tanya Arin.

"Nggak, Rin, gue gak okay."

"Kenapa, Ta?"

"Divorce."

Arin membelalak tak percaya. "Cerai? Bentar gue gak mau salah faham dulu. Siapa yang cerai maksud lo?"

"Lo gak salah faham kok."

"Tapi ada apa? Kenapa?"

"Ya intinya gue udah gak tahu harus gimana, lebih tepatnya gue sama Malvin nemuin jalan buntu. Udah gak tahu harus apa selain pisah."

Arin masih mencoba menangkap maksudku, membayangkan bagaimana keadaan yang sedang aku dan Malvin lewati. Meski sampai kapanpun dia tak akan mengerti, sejauh apapun dia membayangkan, Arin tak akan menemui apa yang sekarang aku rasakan.

"Ta, Malvin majang foto pernikahan kalian di meja kerjanya loh. Kemarin banget gue lihat sendiri masih ada di mejanya."

"Dia cuma belum punya kardus buat simpan foto itu, Rin."

Arin mengelus pelan punggung tanganku. "Lo kuat, Ta?"

Seketika aku menunduk, menggigit keras bibir bawahku, mencoba meredakan sesak yang sudah sangat aku kenali. 

"Gue sekarang nyaris kehilangan semuanya, Rin, bahkan diri gue sendiri. Menurut lo, apa ada orang yang bisa kuat?"

Arin beranjak dari kursinya, beralih memelukku yang kini benar-benar menangis. "Gue capek banget, Rin, gue bingung harus gimana. Setiap malam gue selalu ketakutan, apalagi yang harus gue ikhlasin besok, siapa lagi yang akan hilang setelah ini? Lo ngerti gak sih, Rin, gue tiap hari kaya orang linglung."

"Sssttt."

Arin membiarkan tangisku reda sebelum ia kembali ke kursinya dan menatapku lamat-lamat. "Ta, hidup manusia itu beragam. Ada yang kaya bus, gerak santai kadang tanjakan kadang turunan, ada yang kaya kereta, datar aja tapi cepet, ada juga yang kaya rollercoaster yang naik turunnya itu mendadak. Tapi manusia itu tugasnya menerima dan setiap yang menjalani tugasnya, pasti ada imbalannya."

Aku mengangguk, memahami maksudnya. "Gue selalu coba buat nerima kok, Rin, bahkan untuk yang ini."

"Apapun alasannya, lo gak boleh nyerah. Karen gue tahu dan lo juga tahu kalo lo udah lewatin banyak banget hal berat kemarin-kemarin, artinya lo cuma nunggu waktu untuk dapat imbalan atas rasa sabar yang udah lo keluarkan."

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang