RENJANA BY SISKAKRML
Instagram : @siska_krml dan @hf.creations
****
Pukul sebelas siang, awan sudah mengabu, matahari sudah tidak tampak sejak tiga puluh menit yang lalu. Uwa sibuk di dapur menyiapkan makan siang, sementara aku menggantikan tugas Uwa untuk membersihkan kamar Malvin. Meski harus bernegosiasi panjang dengan Uwa.
Harum tubuh pria itu sampai pada indra penciumanku, suhu ruangan ini cukup dingin. Tidak banyak yang harus dibersihkan selain tempat tidur dan meja kerja. Aku duduk di ujung tempat tidur, menyentuh halus selimutnya.
"Ini pertama kalinya aku di sini, ternyata cuma untuk mengucapkan selamat datang dan selamat tinggal secara bersamaan."
Aku tersenyum singkat, beralih pada dua pintu di dalam kamar, aku membuka salah satunya yang ternyata adalah toilet, pintu satunya justru membuatku tertegun. Satu ruangan tidak terlalu besar, ada dua jendela berukuran 1x2 Meter. Dinding-dindingnya dihiasi figura berisi foto pernikahan aku dan Malvin, foto-foto ketika kami di Renjana, Foto-foto yang diabadikan secara acak dan beberapa fotoku yang dia ambil tanpa sepengetahuanku.
Di pojok ruangan, ada sebuah kardus cukup besar, aku menghampirinya, menatap isinya yang berupa pigura-pigura berisi foto kami yang sengaja dicopot. Aku merasa tak rela, aku ingin semua foto ini tetap terpasang.
Mendengar bunyi langkah kaki menaiki anak tangga, aku bergegas keluar namun baru di ambang pintu, pria itu sudah di hadapanku.
"Ngapain lo di ruangan ini?" tanyanya seraya menarik paksa lenganku untuk keluar dari ruangan itu, ia menutup rapat dan mengunci ruangannya.
"Sakit," ucapku seraya melepas geggamannya.
Tanpa menjawab, ia memberikan sebuah berkas dengan map resmi bergambar pengadilan agama kota Bandung. Aku menatap kosong berkas itu.
"Ambil dong, bukannya ini yang kamu tunggu?" tanyanya seraya menarik lenganku dan menyimpan berkas itu ke atas telapak tangan.
Tak ada pilihan lain, aku menggenggam berkas itu dan tak henti memandanginya. Apakah aku akan kehilangan lagi? Sebenarnya berapa banyak seseorang harus mengalami kehilangan? Ini sudah diluar kemampuanku. Aku menarik napas panjang, menyimpan berkas itu di laci yang berada tepat di sampingku. Tatapanku beralih pada Malvin.
"Kamu mau balik kerja?" tanyaku.
"Iya. Berkasnya biar diambil supirku kalau sudah dibaca dan ditandatangan."
Aku mengangguk pelan, perasaan sakit di dadaku semakin menjadi. Aku menatap dasi Malvin yang kurang rapi, kemudian mengulurkan tangan untuk membenarkan lipatan dasinya.
Malvin terus menatapku, sementara aku tak sedikitpun mengalihkan tatapan dari dasinya. Aku hanya ingin dia tahu bagaimana rasanya memiliki seorang istri sesungguhnya, setidaknya sebelum aku menandatangani berkas itu aku pernah menjalankan peranku dengan benar. Tuhan, bukankah insan kerdil ini sangatlah pantas untuk menyesal? Bagaimana mungkin aku menyia-nyiakan orang yang halus dalam rasa untuk pergi dariku begitu saja?
Air mataku mulai berjatuhan, aku tetap melanjutkan gerakan tanganku mengikat dasinya. Malvin mengusap pelan jejak air mataku. "Hei, kenapa nangis?"
Aku menggeleng pelan.
"Ta," panggilnya seraya menggenggam kedua jemariku yang belum selesai mengikat dasi.
"Vin, apasih hal yang bisa bikin aku gak harus tanda tangan berkas itu?"
Malvin menatapku dengan tatapan dinginnya. "Aku gak ngerti Ta."
"Kamu mau pergi juga?" tanyaku.
"Ta, gak ada yang pergi. Apa yang aku kasih adalah kesempatan buat kamu untuk dapat kebahagiaan yang gak cuma hitam."

KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
RomanceGrita Anatasya, gadis malang yang terusir dari rumahnya dan berkelana sampai ia menemukan Bandung dan pria asing yang akhirnya mejadi cerita terhitung Tahun. Bahagia, luka, makna setia, dan bagaimana mereka saling merumahkan adalah renjana yang semp...