2 - Tentang Luka

464 84 0
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Senin ini berbeda dengan senin biasanya, aku dipindahkan ke minimarket cabang lain yang berada cukup jauh dari rumah kosku. Sejujurnya Arin yang diperintahkan kesana, namun karena perempuan itu takut jika Ibunya pulang ia masih bekerja dan membuat Ibunya harus menyusulnya untuk mengambil kunci rumah, akhirnya ia memberikannya padaku. Tentu saja aku tidak bisa menolak karena keadaan begitu mendesak.

Jam kerjaku telah selesai lima belas menit yang lalu, hujan belum juga reda. Desember ini sepertinya langit sedang sedih. Aku berganti baju dan mengambil tasku berniat pulang. Sebelum keluar gudang, aku menghubungi Jio. Beberapa kali panggilannya tidak ia jawab, aku masih berusaha mencoba. Sampai kesekian kalinya akhirnya ia mau menerima panggilanku.

"Halo, Ji."

"Iya, Ta, Maaf baru angkat, aku lagi kerja."

"Oh, kamu lagi kerja?"

"Iya. Kenapa?"

"Tadinya aku mau minta jemput sekalian mampir ke angkringan langganan kita, tapi kalau kamu masih kerja, nggak apa-apa sih aku bisa pakai ojek online," jelasku mengutarakan maksud awal.

"Maaf, ya? Besok aku janji jemput kamu. Sekarang aku lagi sibuk banget."

"Iya nggak apa-apa kok. Jangan lupa makan, ya?"

"Iya sayang, aku tutup ya teleponnnya."

"Iya."

"Hati-hati."

"Kamu juga.".

Setelah itu panggilan berakhir, aku berjalan berniat keluar gudang. Bukan yang pertama Jio mengutamakan pekerjaannya, namun ini lebih wajar terdengar sebab selain menomor sekiankan aku, dia juga rela menunda kuliahnya karena rasa cintanya pada dunia pemotretan.

"Grita," panggil seorang perempuan, rekan kerjaku yang baru saja keluar dari gudang. Aku menoleh, menatapnya..

"Iya?"

"Gue kebelet banget nih, tapi barangnya ditunggu. Boleh antar satu biji ke kasir? Sisanya biar gue aja yang tata."

"Oh, bisa kok, sekalian gue mau keluar."

"Makasih, ya?"

"Oke."

Aku mengambil alih kardus berisi detergen itu, membawanya keluar. Aku sedikit merasa bersalah, karena seharusnya aku yang melengkapi semua barang yang telah habis. Aku melupakan barang ini, akhirnya membuat sift berikutnya repot seperti ini.

"Maaf, ya, gue lupa restock barang di bagian detergen."

"Nggak apa-apa, wajar. Lo kan gak biasa disini. Makasih loh ini, mau pulang malah suruh bawain barang."

"Ah nggak apa-apa."

Aku mengambil barang sisa, menatanya di rak detergen. Suasana minimarket sedang tak begitu ramai. Alunan musik juga berhenti, aku tak pernah suka dengan sunyi. Telingaku terus mencari suara yang bisa ditangkap, meski samar akhirnya kutemukan.

"Ji, kamu mau minuman apa?"

"Samain aja."

Aku menghentikan kegiatanku, sepertinya suara itu begitu lekat dengan pendengaranku. Dengan bersembunyi di balik rak detergen, tiba-tiba darahku berdesir pelan, membeku, menatap Jio melingkarkan tangannya di pinggang seorang perempuan. Beberapa kali kuyakinkan diriku sendiri, mengingat kemarin dia juga bersama Misel di lokasi pemotretan. Mungkin projeknya belum selesai, mungkin hari ini dia masih mengerjakan projek yang sama.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang