30 - Kilas Balik

243 62 7
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Sore sebelum senja benar-benar sampai di ujung cakrawala, Jio pamit pulang, Papa memeluknya erat seolah Jio adalah anak lelakinya yang hendak merantau. Setelah bercakap sejenak, Jio melirik jam yang melingkar di lengannya, ia bergegas mengajakku segera masuk mobil. 

"Ma, Pa, aku antar Jio dulu, ya?"

"Iya, antar doang loh ya, jangan ikut," ucap Mama membuatku terkekeh pelan. 

"Iya, Ma."

Setelah itu, aku benar-benar masuk mobi, duduk bersisian dengan Jio. Pria itu merangkul pundakku, menyuruhku bersandar di bahunya. 

"Jangan lama," ucapku membuatnya tersenyum.

"Iya, Sayang."

Mataku terpejam, indra penciumanku sibuk merekam harum parfum khas Jio, menyimpan abadi di dalam kepalaku.

"Ada yang perlu aku bawa buat kamu?"

"Ada."

"Apa?" tanyanya serius. 

Aku tersenyum geli seraya berkata, "Cincin pernikahan."

Pria itu terkekeh pelan, mencium puncak kepalaku. "Pasti."

Terkadang, aku penasaran bagaimana mungkin Tuhan menakdirkan pria ini untukku, bagaimana bisa kami sama-sama saling jatuh cinta dan mengharap bahagia yang sama lalu dengan kemurahan hati sang Maha Pencipta, Ia kabulkan harapan hambanya dengan mudah.

"Jaga diri kamu selama aku pergi," ucap Jio dibalas anggukan olehku. 

"Jangan capek, aku nggak mau kamu sakit."

"Iya, Sayang. Bawel banget kenapa, sih?" tanyaku heran.

"Jangan marah kalo aku tiba-tiba hilang kabar."

Aku mendengus. "Paling lagi pacaran sama kamera."

Jio mengacak pelan rambutku. "Jangan suka nangis, soalnya aku gak bisa peluk kamu."

"Makannya jangan lama!"

"Jangan berhenti jadi pacarku, kecuali kalo mau ganti jadi Istri."

Aku mengangguk diiringi lekuk senyum tipis.

"Aku sayang kamu, Ta."

Pengakhir kalimat itu tak sempat mendapat jawaban, mobil sudah berhenti di sebuah stasiun kota. Jio dibantu sopir keluargaku mengambil koper dan beberapa paper bag berisi oleh-oleh dari Mama, membawanya ke pelataran stasiun. 

Aku menghampiri Jio, menghambur memeluknya. Jio mengusap punggungku pelan, membisikkan sesuatu, "HP kamu aktifin terus, aku gak mau kesepian di kereta."

"Iya."

"Udah mepet waktunya, aku harus pergi. Lepas pelukannya."

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang