17 - Gugur

315 62 58
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Selalu saja ada yang menghancurkan hari tenangku, pesan itu benar-benar menghapus semua keceriaan di wajahku, berganti raut kesal dan sedih. Sesampainya di restoran aku bahkan tak mengucapkan terima kasih pada Malvin. Kepalaku sedang sibuk menduga apa yang Jio lakukan di kamar perempuan itu hingga ponselnya tertinggal. Di ambang pintu restoran, aku berhenti karena lagi-lagi satu pesan masuk dari nomor yang sama.

Paketnya lo terima utuh, kan? Gimana? Lo suka?

Paket. Benar, kemarin aku mendapat Paket dan Arin menyimpannya di laci. Bagaimana bisa aku melupakannya, padahal aku benar-benar penasaran apa isinya. Kukira itu memang undangan, namun mengetahui Misel bertanya demikian aku jadi mengerti siapa pengirim sebenarnya.

Aku memasukkan ponselku, berjalan cepat menuju kantor hingga hampir menabrak Arin yang baru saja tiba. "Grita! Lo kalo jalan pake kaki dong."

"Lo kira ini apa? Leher?" tanyaku kesal kemudian berlalu meninggalkan restoran.

"EH TA ADA YANG MAU GUE TANYAIN," ucap Arin yang sudah dapat kupastikan dia mengekorku dan tidak sadar bahwa Malvin berjalan di belakangnya.

"Paket kemarin isinya apaan, Ta?" tanyanya berhasil mengejarku.

"Baru mau gue buka. Ternyata dari Misel."

"MISEL?" tanyanya kaget. Aku menepuk pelan pundaknya mengisyaratkan dia melihat ke belakang. Arin tersenyum kaku pada Malvin, sementara pria itu berlalu masuk ke dalam ruangannya.

Belum teralih pandanganku dari ruangan Malvin, suara decitan laci membuatku menoleh. Arin mengambil paket itu, mencari gunting hendak membukanya. "Rin, sini gue aja yang buka."

"Gak! Lo pikir gue bakal biarin Misel macam-macam sama lo? Kalo ini isinya berbahaya gimana? Lo tau sendiri Misel itu satu-satunya cewek yang yang lahir prematur."

Aku berdecak kesal. "Prematur apanya, sih?"

"Ya prematur, gak punya hati."

Aku mendengus, mendekat ke arah Arin, berniat merebut berkas itu ketika Arin sudah menemukan guntingnya namun Arin menghindar. "Rin, apaan sih sini balikin paket gue."

"Nggak."

Malvin membuka ruang kerjanya, Arin menoleh.

"Masih mau ribut?"

Arin tersenyum kaku. "Enggak, Pak, tadi-" belum selesai bicara, aku merebut barang itu dari jemari Arin. "IH TA!"

Aku mengabaikannya, mengabaikan Malvin juga yang kini menatapku kesal karena tak kunjung mulai bekerja. Aku membuka amplop coklat itu, menemukan beberapa kertas putih. Foto, aku yakin sekali jenis kertas ini adalah kertas yang biasa digunakan untuk mencetak foto.

Perasaanku mulai tak menentu, sebuah kertas terjatuh. Aku mengambilnya, membaca deretan huruf yang berjejer ditulis tangan rapi oleh sang pengirim.

Hai, Grita.

Sorry gue harus memulai perkenalan dengan hal yang mungkin akan hancurin lo seketika. Gue Misel, orang yang berulang kali lo curigai punya hubungan sama pacar lo sendiri dan kebenaran tentang itu gue buktikan dengan foto yang gue kirim ke lo.

Selama ini, kalau lo merasa Jio sepenuhnya untuk lo, lo harus usir pemikiran itu. Seharusnya lo sadar dari awal, Jio cuma bertahan karena lo bisa bikin nyokap dia tersenyum dan memang itu yang dia butuhkan selagi dia gak mampu. Gue tau itu karena Jio yang cerita semuanya.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang