33 - Sendu

271 56 45
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Pesawat milik maskapai Angkasa Air dengan nomor penerbangan JT-666 tujuan Yogjakarta dinyatakan hilang kontak setelah satu jam lepas landas. Hingga saat ini, basarnas dibantu TNI, POLRI masih mencari keberadaan pesawat yang diperkirakan jatuh di laut jawa. 

Dalam sebuah video amatir yang direkam oleh salah seorang nelayan sekitar, dapat dilihat bahwa pesawat sempat mengalami dua kali ledakan sebelum akhirnya terjatuh. Diperkirakan tidak ada yang selamat dari kecelakaan ini.

"Gak mungkin," ucapku pelan.

Ya, ini tidak mungkin. Jio masih menghubungiku beberapa jam yang lalu, dia juga sudah berjanji akan datang dan tidak sabar mencoba masakanku. Jio bilang kita akan bertemu lagi, Jio bilang kami akan menikah. Jio bilang dia tidak akan meninggalkanku.

Tidak mungkin dia mengingkari janjinya sendiri, tidak mungkin dia pergi. Televisi itu masih memutar video amatir, hingga bunyi ledakan juga teriakan para nelayan membuatku tak sanggup membuka mata, dadaku sesak. Piring yang masih kugenggam juga jatuh, pecah menyisa kepingan-kepingan.

Tak perlu kujelaskan apa yang terjadi berikutnya, hujan di pelupuk mataku, deras. Mama memelukku, ikut menangis.

"Nggak mungkin," ucapku lirih, nyaris menyerupai bisikan.

Tulisan tangannya yang rapi masih sampai di jemariku, di atas kertas putih yang suci, diukir sebuah kalimat indah sebagai pengantar rasa sayang. Inikah alasan mengapa aku harus belajar mengenang? Mengerikan, semua ini mimpi buruk.

Kabar duka? bukan, ini lebih dari itu. Dunia seolah berhenti, kakiku lemas tak berdaya. Aku menangis meraung-raung, berharap Tuhan mendengarnya dan merubah semua ini menjadi mimpi. Tetapi tidak ada yang terjadi setelahnya, seisi bumi seolah tuli. 

"Jio pasti udah di depan," ucapku seraya melepas paksa pelukan Mama, berlari ke pintu depan.

"Grita, sayang," panggil Mama

"Ta!" panggil Kak Lala.

Sesampainya di ambang pintu, aku bergegas menarik kenop pintu seraya berucap, "Jio?"

Tidak ada siapapun, aku sadar itu. Tetapi aku tetap mencari, berjalan menyusuri halaman rumah tanpa alas kaki, tak peduli Mama dan Papa memanggilku berkali-kali.

"JIO," panggilku lebih keras lagi.

"Ta, cukup, Nak," ucap Papa memelukku paksa, menahan gerakanku yang hampir menyentuh pagar rumah.

"Jio gak akan kemana-mana, Pah, dia udah janji sama aku."

"Ta, kamu tenang dulu sayang."

"PAPA TENANG GIMANA? JIO BELUM SAMPAI SINI, DIA PASTI UDAH DI BANDARA!"

Papa menarikku ke dalam pelukannya. "Nak-"

"Jio udah di Bandara kan, Pah? Ayo kita jemput."

Papa menggeleng pelan, "Sadar, Nak." 

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang