RENJANA BY SISKAKRML
Instagram : @siska_krml dan @hf.creations
****
Hari ini benar-benar kacau, percakapan siang tadi berhasil menguasai pikiranku hingga jam kerja akhirnya selesai. Malvin keluar dari ruangannya, menghampiriku yang masih sibuk membereskan barang-barang, rencananya sore ini aku akan menemui Jio.
"Lo sibuk?" tanyanya berhenti di depan meja kerjaku.
"Nggak, cuma—"
"Kalau gitu ikut gue ke Renjana," potong Malvin.
Aku menghentikan aktivitasku, beralih menatapnya. Mungkin sudah saatnya aku mengatakan semuanya, masalah ini harus diselesaikan dari dua pihak. Sebab Malvin sudah menjadi bagian penting pada cerita ini, maka harus segera diakhiri. Tujuan awal adalah Jio, sementara Malvin hanya tokoh sesaat yang sudah saatnya dihilangkan dari BAB selanjutnya.
"Jadi ikut, kan? Gue tunggu di mobil," ucapnya melihatku hanya diam menatapnya.
"Malvin tunggu!" perintahku. Pria itu berhenti di ambang pintu, menatapku.
"Gue perlu bicara."
"Disini?"
Aku mengangguk. Dia berbalik, melangkah dan duduk di sofa yang terdapat di ruangan. Aku mengekornya dan duduk berhadapan.
"Vin, gue tahu apa yang selama ini kita lewatin udah terlalu jauh," ucapku mengawali.
Malvin masih diam, menjadi pendengar.
"Tanpa sadar gue menghadirkan lo diantara hubungan gue dan Jio. Jadi gue minta maaf, mungkin mulai sekarang gue harus membatasi kedekatan kita."
Malvin hanya diam, menatapku dengan tatapan tak terbaca.
"Gue cuma mau memperbaiki hubungan gue sama Jio."
Malvin tersenyum miring. "Memperbaiki dengan mengorbankan orang lain?"
"Vin, gue gak bermaksud jadikan lo korban—"
"Lalu apa? Gue pihak yang diuntungkan? Sebelah mana?"
"Gue cuma mau balik ke lintasan yang seharusnya, Vin, sementara gue sama lo cuma pertemuan di persimpangan."
Malvin berdiri lalu pindah duduk di sampingku. Jemarinya meraih jemariku, membawa genggaman itu ke pangkuannya.
"Kalau kita cuma bersimpangan, kenapa sejauh ini lo bikin gue takut kehilangan?"
"Vin, jangan bikin diri lo ada di posisi yang sulit. Sama gue, lo cuma akan luka. Perjanjian itu—"
"Ta, tolong, berhenti seolah lo peduli sama gue, lo cuma lagi berusaha menenangkan gue atas keputusan lo untuk balik sama Jio."
Aku menarik genggaman tangan itu, berniat meninggalkan ruangan namun lagi-lagi Malvin menahan. "Selama ini apa lo sayang gue?"
Aku tak menjawab, bingung dengan apa yang akan aku katakan. Meski sejujurnya, bisa saja aku mengatakan dengan mudah bahwa, ya, aku mencintainya, tetapi bukankah itu tidak baik untuknya? Untuk harapan yang sudah tumbuh ditambah lagi aku memupuknya, padahal akhir bahagia tidak bisa dipastikan benar adanya.
Malvin melepaskan genggamannya ketika tak juga memperoleh jawaban dariku, memalingkan wajahnya seolah tak ingin melihat kepergianku.
"Gih pergi, Ta, gue tahu diri untuk gak maksa lo disini," katanya.
Aku berusaha melangkah, dadaku sesak melihat pria itu yang masih duduk di tempatnya. Jemariku sampai pada daun pintu, bagai lembaran buku yang tertiup angin aku mengingat bagimana Malvin selalu jadi bagian penting di setiap luka-lukaku. Beberapa hari lalu bahkan aku melihat bagaiman pria itu tersiksa atas luka di tubuhnya lantas apakah ini balasanku? Meninggalkannya sementara sudah banyak yang dikorbankan atas dasar perasaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Roman d'amourGrita Anatasya, gadis malang yang terusir dari rumahnya dan berkelana sampai ia menemukan Bandung dan pria asing yang akhirnya mejadi cerita terhitung Tahun. Bahagia, luka, makna setia, dan bagaimana mereka saling merumahkan adalah renjana yang semp...