RENJANA BY SISKAKRML
Instagram : @siska_krml dan @hf.creations
****
Setelah semalam aku mencari sosial media Mbak Karin, akhirnya aku menemukannya dan berhasil meminta nomor ponselnya. Pagi tadi aku membicarakan soal pekerjaan itu pada Mbak Karin melalui jaringan telepon, dari nada bicaranya aku mengerti dia begitu senang dengan keputusanku bahkan sore ini dia memintaku berkunjung ke restoran untuk bicara langsung pada Malvin. Tentu saja tanpa ragu aku menyetujui.
"Ta, kalau lo pindah gue beneran lamar kerja jadi babu di rumah Rapi Ahmad nih."
Aku terkekeh pelan. "Lo yang bener dong, Rin, katanya kemarin lo nggak masalah gue pindah."
"Ya lo peka kek, Ta, ajakin gue kerja disana juga."
Aku memutar bola mata malas, mengabaikan Arin. Jam dinding telah menunjukan pukul tiga sore, aku harus bergegas menuju restoran, pasti Mbak Karin sudah menungguku.
"Ta," panggil Arin ketika melihatku berjalan keluar gudang.
"Iya, Arin, kalau ada nanti gue kabarin," ucapku membuatnya bersorak gembira. Aku menutup pintu gudang, berjalan meninggalkan minimarket. Sore ini cerah, matahari hangat menabrak kulitku. Sepertinya tidak akan ada hujan hari ini, meski begitu kedai kopi yang berada tak jauh dari tempatku bekerja tetap ramai dikunjungi orang.
Sepuluh menit berlalu, perjalanan ditempuh dengan mudah dan lancar. Aku membayar ojek kemudian berjalan masuk ke dalam restoran. Mbak Karin ternyata sudah menungguku di meja kerjanya, ia menyambutku dengan senyum hangat.
"Aku senang deh, Ta, akhirnya kamu mau."
"Tapi Mbak harus ajarin aku dulu."
"Tenang aja, urusan gampang."
Aku mengangguk tenang, mataku menatap sebuah pintu yang tertutup rapat. "Malvin ada, Mbak?"
"Nah itu dia masalahnya," ucapnya seraya memakai telunjuknya untuk menyuruhku mendekat, kemudian dia berbisik, "Lagi ada Viona."
"Disini?"
Mbak Karin mengangguk. "Tapi Pak Malvin udah tahu kok kamu mau kesini."
"Ya udah, aku tunggu dia keluar."
Mbak Karin menyuruhku duduk di sofa panjang yang berada di tengah ruangan, sesekali mengobrol perihal kehidupan pernikahan juga masalah yang sering timbul diantara Mbak Karin dan suaminya.
Hingga dua puluh menit berlalu, suara pintu membuatku menoleh cepat. Seorang wanita dengan definisi kesempurnaan yang melekat pada dirinya membuatku sedikit terpaku, Arin benar tentang Viona, dia sangat cantik diusianya bahkan orang tidak akan sadar bahwa dia sudah berkepala tiga.
Viona menatapku, tersenyum hangat kemudian disusul Malvin yang merangkul mesra pinggang Viona. Ketika Malvin menyadari kehadiranku, tak ada reaksi apapun, hanya menatapku saja kemudian fokus berjalan.
Mbak Karin berdiri, menunduk sejenak.
"Mohon maaf, Pak, ada tamu," ucapnya ketika Malvin berjalan tepat di hadapannya.
Malvin menoleh menatapku, aku tersenyum padanya namun tak menemukan jawaban yang memuaskan, dia justu mengalihkan tatapan pada Mbak Karin. "Saya ada urusan, suruh dia tunggu atau datang lagi besok, terserah dia," ucapnya seolah aku tak bisa mendengar ucapannya.
"Baik, Pak."
Setelah itu, Malvin benar-benar pergi tanpa mengatakan sepatah kata padaku. Jika tahu akan seperti ini, aku tidak akan meminta izin pulang satu jam lebih awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Roman d'amourGrita Anatasya, gadis malang yang terusir dari rumahnya dan berkelana sampai ia menemukan Bandung dan pria asing yang akhirnya mejadi cerita terhitung Tahun. Bahagia, luka, makna setia, dan bagaimana mereka saling merumahkan adalah renjana yang semp...