47 - Rumah

308 63 106
                                    

RENJANA BY SISKAKRML

Instagram : @siska_krml dan @hf.creations

****

Hari ini Malvin kembali ke rumah, dia dibantu beberapa pekerja turun dari mobil. Aku menyambutnya dengan senyuman di ruang utama. Meski begitu, Malvin tak balas melempar senyum membuatku sedikit keheranan. Apakah sekarang dia berubah pikiran lagi?

"Karena saya gak suka orang asing datang ke kamar saya, jadi biar istri saya yang papah saya sampai atas," ucapnya tiba-tiba ketika baru menginjang setengah dari panjang tangga menuju lantai atas.

"Den, tapi kan kasihan Non Grita," ucap Uwa membela.

"Saya cuma minta dipapah kok, Wa, bukan digendong."

"Gak apa-apa, biar aku aja," ucapku menyanggupi.

Uwa mengarahkan seluruh pekerja untuk menyimpan barang-barang di ruang bawah untuk sementara waktu, sedangkan aku berdiri di samping Malvin, memegang lengannya tetapi pria itu berdecak dan menarik lengannya lalu ia pakai untuk merangkul pundakku.

"Tangannya di sini," ucapnya menarik lenganku ke belakang tubuhnya dan melingkar di pingganya.

Aku menyamakan langkah, mencoba sepelan mungkin karena perban di kakinya masih menempel. 

"Masih sakit, ya?" tanyaku.

"Nggak terlalu."

"Kamu udah makan tadi?"

"Udah."

"Obatnya udah diminum?"

"Udah," jawabnya lagi-lagi singkat.

Aku menyipit, kesal dengan sikapnya yang kembali waras sebagaimana biasanya. Langkahku semakin cepat membuatnya sedikit kewalahan. "Pelan-pelan kenapa, sih?"

"Katanya udah nggak terlalu sakit."

"Ya tapikan belum sembuh," ucapnya mendebat, membuatku semakin kesal.

Aku tak mengindahkan ucapannya, hingga sampai di dalam kamar kami tak lagi saling bicara. Malvin juga seprti kesal menanggapiku yang terlalu semangat menyambut kedatangannya.

"Spreinya udah diganti?" tanyanya seraya duduk di pinggir tempat tidur.

"Udah, yang kemarin kan warna Grey."

"Ini kan juga Grey."

"Ini putih tulang, Malvin, lo buta warna ya?" tanyaku tak bisa menahan rasa kesalku.

"Kok jadi lo-gue?" tanyanya kesal.

"Ya lo tadi gue tanya manis manis jawabnya ketus banget."

Malvin terkekeh pelan seraya berdiri menghampiriku, mencium singkat pipi kiriku lalu pergi begitu saja menuju lemari pakaiannya. Aku mengedipkan mata beberapa kali, menyadarkan diriku yang tiba-tiba diam seperti patung. 

"Mau keluar atau nonton aku ganti baju?" tanyanya.

Aku berjalan cepat menutup pintu kamar, merasakan detak jantung yang tidak beraturan. Sementara dari anak tangga, Uwa membawa satu nampan berisi makanan.

"Non kenapa?" tanya Uwa yang menatapku sedang mengusap dada seolah baru saja dikejar makhluk halus.

"Nggak apa-apa, Wa, aku ke kamar dlu."

Uwa menatap heran seraya menggeleng pelan, akupun bergegas masuk kamar untuk mandi pagi.

***

Bandung di guyur hujan malam ini, aku terduduk melamun di tengah tempat tidur, mencari seseuatu yang bisa membawaku tidur. Helaan napas sudah berkali-kali, aku kehilangan cara. Akhirnya dengan dibalut selimut aku berjalan menuju kamar Malvin. Aku mengetuk beberapa kali namun tak ada jawaban, akhirnya dengan nekat aku membuka pintu kamar.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang