RENJANA BY SISKAKRML
Instagram : @siska_krml dan @hf.creations
****
Sejak kejadian tadi, aku tak keluar kamar, matahari juga sudah Kembali tenggelam padahal kurasa baru beberapa jam lalu ia tampak dibalik jendela. Bunyi ketukan pintu mengalihkan lamunanku dari kotak musik carousel pemberian Jio.
"Kok belum mandi?" tanya Papa seraya mengelus undakku pelan.
"Belum, Pah, sebentar lagi."
"Lupa ya kita mau Dinner?"
Aku mendongak, seolah dalam tatapan itu aku bertanya, dinner apa yang Papa maksud. "Mama kan ajak kamu dinner."
"Oh itu."
"Papa tunggu di bawah, ya?" ucap Papa seraya berlalu meninggalkan ruangan.
"Pah, aku gak boleh ya kalau nggak ikut?"
"Lalu kalau kamu gak ikut, makan malam ini untuk siapa?"
Papa tersenyum sebelum menutup pintu kamarku, akhirnya aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Dua puluh menit berlalu, aku keluar kamar menuruni anak tangga memakai dress putih selutut, rambutku diikat menjadi satu, beberapa anak rambut menyentuh pundakku.
***
Lilin-lilin merah berjajar menerangi meja makan cukup besar pada ruangan VIP restoran Malio. Aku masih tidak tahu pertemuan apa ini dan undangan siapa yang Mama penuhi. Hingga seorang pria paruh baya diantar salah seorang pelayan datang ke ruangan kami.
"Aduh, maaf saya membuat menunggu."
"Pak Broto, kayanya betah ya di Belanda, gak pernah pulang," ucap Papa seraya memeluk pria paruh baya itu.
Nama itu tidak asing lagi bagiku, ternyata perumahan yang Malvin beli itu milik pria ini. Tetapi siapa dia?
"Ah nggak juga, Cuma gak ada ongkos untuk pulang ke Indonesia," bisiknya kemudian ruangan dipenuhi gelak tawa, terkecuali aku yang justru terpaku pada pria di belakang lelaki yang Papa sebut Pak Broto.
"Ini Grita? Anakmu?"
"Iya, Grita yang dulu minta lollipop setiap kali kamu berkunjung ke rumah saya."
Pak Broto tertawa pelan. "Betul, saya masih ingat." Tatapannya beralih ke arahku, "Sehat, Nduk? Inget sama Om nggak?"
"Sehat Om," ucapku seraya menyalimi punggung tangannya.
"Mana mungkin dia ingat, dulu itu dia masih tiga tahun," sambar Papa.
Meja makan akhirnya terisi penuh, pria tadi juga duduk tepat di hadapanku, obrolan masih bergulir namun aku dan pria itu hanya diam saling menatap. Malvin, ternyata dia yang mengundang kami ke sini.
"Ta," panggil Om Broto.
"Iya, Om?"
"Om dengar kamu pernah bekerja di restoran Malio yang di Bandung."
"Betul, Om."
"Berarti kamu sudah sangat mengenal Malvin, kan?"
Aku diam, melirik Malvin. Pria itu jusru tesenyum tipis.
"Malvin juga bilang kalau dia sangat mengenal kamu, dia sering cerita soal kamu."
"Saya juga pernah baca surat yang Malvin kirim ke Grita beberapa bulan lalu, dari isi suratnya mereka memang sangat dekat," sambar Mama.
Om Broto yang melihat wajah bingungku tersenyum, ia menatapku seraya berkata, "Jadi begini, Ta, sebagai wali sah Malvin, Om mau menemani dia ke sini Melamar kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Roman d'amourGrita Anatasya, gadis malang yang terusir dari rumahnya dan berkelana sampai ia menemukan Bandung dan pria asing yang akhirnya mejadi cerita terhitung Tahun. Bahagia, luka, makna setia, dan bagaimana mereka saling merumahkan adalah renjana yang semp...