RENJANA BY SISKAKRML
Instagram : @siska_krml dan @hf.creations
****
Dedaunan masih basah sisa hujan semalam, padahal jam terus berputar namun matahari belum mau membagikan sinarnya. Minggu pertama bekerja, meski awal selalu merasa tidak menyenangkan, tetapi rasa nyaman bisa dibangun secara perlahan.
"Udah benar, nih, kamu tinggal print out dan minta tanda tangan Pak Malvin," ucap Mbak Karin setelah beberapa menit dihabiskan untuk mengecek dokumen laporan yang kubuat.
Aku mengangguk mengerti, bergegas mencetak lembar demi lembar laporan itu. Ponselku berdering, aku tersenyum menatap sebaris nama di layar benda pipih itu. Alih-alih menunggu mesin pencetak dokumen bekerja, aku mengangkat panggilan.
"Halo."
"Ta, kamu besok libur?"
"Libur. Kenapa?"
"Bagus. Nanti aku kabarin lagi ya, sayang. Bye."
"Hah? Jio? Halo?" aku mengerutkan kening tak mengerti. Selalu saja melakukan hal yang tidak bisa kutebak. Aku hanya menggeleng seraya tersenyum tipis. Setelah berkas selesai dicetak, aku berjalan menuju ruangan Malvin.
"Permisi," ucapku seraya mengetuk pintu.
Hal itu kuulangi hingga berkali-kali namun tak ada jawaban, ketika aku menoleh menatap Mbak Karin, ia justru memberi kode agar aku masuk saja. Aku mengangguk setuju.
Ketika pintu terbuka, aku mendapati tubuh gagah itu tertidur di sofa panjang. Semula aku hendak meninggalkan ruangan, namun karena melihat berkas tercecer di lantai juga map kosong yang masih ia genggam memaksaku melangkah setelah menutup kembali pintu ruangan.
Ketika mulai menyusun sesuai urutan halaman, mataku menangkap tulisan yang dicetak dengan huruf tebal pada bagian atasnya.
"Dokumen Perjanjian Pekerjaan," ucapku membacanya lirih.
Lembar berikutnya nama Malvin dan Viona ditulis lengkap beserta identitas diri lainnya. Beberapa poin yang kurasa tidak telalu penting kubiarkan terlewati. Berlanjut membuka lembar demi lembar berikutnya. Mataku terhenti pada sebuah poin yang kurasa cukup mengejutkan.
Pihak 2 tidak akan menjalin hubungan dengan siapapun selama Pihak 1 belum memutuskan perjanjian ini.
Begitu bunyi poin entah urutan keberapa. Gerakan tubuh Malvin membuatku bergegas membereskan, tanganku tak sengaja menyenggol meja, decitannya membuat Malvin membuka mata, menatapku terkejut. Matanya menatap berkas yang kugenggam, dengan cepat ia merebut berkas tersebut.
"Ngapain lo?!"
Aku menelan ludah susah payah, gugup seraya kembali berdiri. "Gue cuma bantu beresin kertas-kertas itu, takutnya penting terus hilang."
"Lo baca?" tanyanya seraya membetulkan posisinya untuk duduk.
"Nggak," jawabku bohong.
"Terus ngapain lo ke ruangan gue? Gak pake ketuk pintu pula.""
"Gue ketuk pintu kok, tanya aja Mbak Karin."
"Terus lo mau apa?" tanyanya mengulang.
"Ngasih laporan keuangan bulanan."
"Simpan di atas meja!"
Aku menuruti ucapannya, membawa map berisi laporan itu ke atas meja. Malvin membuka kembali berkas perjanjiannya, memastikan tak ada yang kurang.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
RomanceGrita Anatasya, gadis malang yang terusir dari rumahnya dan berkelana sampai ia menemukan Bandung dan pria asing yang akhirnya mejadi cerita terhitung Tahun. Bahagia, luka, makna setia, dan bagaimana mereka saling merumahkan adalah renjana yang semp...