Aku menginginkanmu di tengah kebimbangan ku. Aku enggan kehilanganmu di tengah ragu ku. Satu tanyaku, adakah sedikit ruang di hatimu untukku? Adakah sedikit cintamu untukku?
_____
"Fikri, bajunya sudah gue siapin di atas kasur lo ya! Gue mau pergi jalan pagi dulu sama Farras! Hati-hati, ya! Pulangnya beli makan!" ucap Farza setengah berteriak dari balik pintu kamar mandi, sebab Fikri tengah melakukan ritual mandinya.
"Iya! Hati-hati lo, kalau ada apa-apa kabarin!" jawab pria itu dari dalam kamar mandi.
Farza bergegas untuk pergi jalan pagi bersama Farras. Putra kecilnya itu ia dudukkan di kereta bayi, kemudian dia dorong pelan keluar apartemen. Pagi ini cuaca amat bagus, jadi Farza berpikir akan lebih bagus lagi jika dirinya membawa Farras menikmati sinar mentari pagi yang menyehatkan.
Sedangkan Fikri yang tengah bersiap untuk pergi bekerja, mulai sibuk dengan segala peralatan kantor yang harus ia masukan ke dalam tas. Sesekali pria itu kembali mengingat-ingat barang apalagi yang perlu ia bawa.
"Laptop! Pasti di kamar Farza deh, kebiasaan pinjam barang nggak dikembaliin," gerutunya.
Fikri mencari-cari keberadaan laptop miliknya yang hari kemarin digunakan oleh Farza. Saat hendak mengambil benda elektronik itu, ponsel Farza yang tak perempuan itu bawa menyala. Menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
"Za, ada pesan tuh, gue ngintip dikit ya!" ucapnya bermonolog. Pria itu tertawa cekikikan saat hendak membuka pesan yang masuk di ponsel Farza, niat hati ingin jail pada Farza tapi justru dirinya dibuat tercengang oleh pesan yang tengah ia baca.
Gimana? Lo sudah ambil keputusan, Za? Gue tunggu kabar perceraian lo.
Fikri membaca nama pengirim pesan tersebut, membuatnya kian terkejut. Apakah hal itu yang membuat Farza beberapa hari ini terlihat berbeda? Apakah kedatangan pria itu yang membuat Farza sering melamun dan menyendiri? Fikri bertanya-tanya.
"Agral?" lirihnya.
**
Fikri melangkah masuk ke dalam unit apartemennya. Farza yang menyadari kepulangan pria itu, menyambutnya di ruang tengah. Tapi kali ini, raut muka Fikri berbeda. Farza bertanya-tanya dalam hati, apakah ada hal mengenai pekerjaan yang mengganggu pria itu? Atau justru dirinya membuat kesalahan pagi tadi pada Fikri?
"Lo kenapa, Fik? Kusut banget mukanya?" tanya Farza. Fikri masih diam tak bergeming. Hal itu semakin membuat Farza bertanya-tanya.
"Fik?"
"Gue mau mandi dulu, habis ini ada yang mau gue omongin sama lo."
Fikri bergegas pergi untuk membersihkan diri. Tapi yang Farza rasakan dari cara bicara pria itu, sepertinya Fikri menahan rasa kesal. Farza mengernyitkan dahinya, tidak pernah Fikri bertingkah seperti itu. Lalu apa penyebabnya?
"Fik, gue bikin salah apa sama lo? Atau kerjaan lo hari ini bikin bete? Apa yang mau lo omongin sama gue? Lo kayak orang marah gitu!" ucap perempuan itu di ambang pintu kamar mandi yang tertutup. Fikri bergeming, tak menimpali sama sekali.
"Fikri!"
"Sabar!" Hanya kalimat itu yang terlontar dari Fikri.
**
Kini keduanya tengah duduk berdua di ruang tengah. Farza masih setia memandang Fikri, mengamati ekspresi yang ditunjukan oleh Fikri. Sudah tiga puluh menit berlalu, dan Fikri masih diam tak mengucap sepatah katapun.
"Apa yang mau lo omongin, Fik? Sudah setengah jam lo diam gini ke gue," keluh perempuan itu. Fikri menggeser duduknya menghadap Farza, mimik mukanya begitu serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Dua Hati [SUDAH TERBIT]
RomanceAku terjebak dalam satu kondisi, di mana raga ku bersama mu, namun hatiku menjadi miliknya. Haruskah ku terima kamu dengan lapang? Sedang hatimu pun menjadi milik orang lain. Kita berdua terikat dalam sebuah pernikahan, yang hanya ada keterpaksaan...