EXTRA PART II

2.5K 193 11
                                    

Untuk kamu perempuan tangguh di luar sana, tetap jalani hidup apa adanya. Meski terkadang hari-hari yang di lewati teramat berat. Percayalah, kamu terlahir untuk menjadi sosok yang kuat.

_____

Beberapa waktu berlalu. Menikmati hidup dengan hiruk-pikuk pekerjaan tak membuat seorang Farza mengeluh sebab kelelahan. Perempuan itu tetap bekerja siang dan malam, demi meneruskan bisnis keluarganya, dan menyiapkan masa depan cerah bagi putranya.

"Gue pikir setelah balik ke sini bakal terasa berat lagi. Tapi tiap hari kerja kayak gini, bikin gue lupa sama apa yang sudah terjadi di sini," ujar perempuan itu.

Seseorang yang duduk berseberangan dengannya tertawa kecil. Atasan sekaligus teman sekolahnya itu memang terlihat sangat tegar dari luar. Namun di saat-saat seperti sekarang ini, sisi rapuhnya tercetak jelas.

"Lo pas baru sampai sini ke Bandung kan, Za?" tanya Fanya. Farza mengangguk. Namun perempuan itu belum menceritakan dengan jelas apa yang dia temukan saat di Bandung hari itu.

"Dan gue ketemu Dilfa, Fan."

Fanya tidak terkejut mendengarnya. Melihat atasan sekaligus temannya itu sedikit murung, dia bisa menebak sesuatu hal pasti terjadi sebelumnya.

"Gue kira malah lo ketemu Fikri."

Farza menggeleng tegas. Meski dalam hati perempuan itu juga bertanya-tanya tentang bagaimana Fikri sekarang. Apakah pria itu telah menemukan kebahagiaannya sendiri? Namun, Farza terlalu enggan memberi pintu terhadap rasa penasarannya itu.

"Gue ketemu Dilfa di makam Aludra. Dia ke sana sama Aliza, anak mereka. Aliza, benar-benar mirip sama Aludra, Fan. Tapi, gue juga bersyukur bukan Fikri yang gue temuin hari itu."

"Kenapa lo bersyukur nggak ketemu Fikri?" tanya Fanya.

"Lo pikir saja deh. Gue nggak mau nambah rasa bersalah ke siapapun lagi. Cukup ke Aludra sama Dilfa. Gue berusaha sebaik mungkin buat nggak nyakitin orang, dan nggak bikin orang lain susah karena gue lagi, Fan," jawab Farza.

Fanya mengerti. Sampai sekarang, sampai saat ini, Farza selalu menganggap dirinya menjadi beban bagi Fikri. Farza selalu berpikiran, bahwa pernah bersamanya adalah satu titik terberat dalam hidup pria itu.

"Kalau nanti kebetulan entah di mana itu, lo ketemu sama Fikri, lo akan gimana?" Farza berpikir sejenak. Dia tidak pernah berpikiran akan bertemu dengan Fikri suatu hari nanti. Lagipula, dia tidak memiliki kesiapan untuk bertemu dengan pria itu.

"Mungkin jalan satu-satunya gue pura-pura nggak ingat dia? Gue nggak tahu. Gue benar-benar nggak siap kalau harus ketemu dia, Fan."

Bertemu kembali dengan Fikri, masih menjadi hal terberat bagi Farza. Sekali lagi bukan sebab perempuan itu membencinya. Hanya saja, Farza tidak ingin kembali tenggelam seperti sebelumnya.

"Kalau Dilfa? Ya kan, sekarang nih, kalian sudah sama-sama sendiri gitu. Kali saja kan, ada kesempatan? Haha," ucap Fanya diiringi tawa kecil. Sontak ucapan Fanya membuat dirinya menerima lemparan gumpalan kertas dari Farza.

"Gila ya lo! Gue sudah tobat! Lagipula, waktu gue kemarin ketemu dia, gue benar-benar yakin kalau Dilfa nggak akan kepikiran buat nikah lagi. Dari matanya dia saja sudah kelihatan secinta apa dia ke Aludra. Gue sudah waras, Fan!"

Keduanya tertawa bersama. Menertawakan pikiran konyol yang entah muncul darimana. Tapi Farza benar. Dirinya sudah tidak lagi menaruh harap pada Dilfa, sekalipun ia bertemu kembali dengan pria itu tempo hari. Tapi dengan Fikri, Farza tidak yakin.

**

Seorang pria memasuki gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Beberapa orang yang berpapasan dengannya sesekali menunduk sembari menyapa. Senyum tulusnya tak hilang saat menjawab sapaan dari karyawannya.

"Pak Fikri!"

Merasa namanya di sebut. Pria itu pun menoleh. Seseorang berpakaian rapi menghampirinya.

"Depan banyak orang saja sopan banget lo! Kalau lagi berdua saja mana pernah lo formal gitu sama gue," ejek Fikri.

Naya tertawa kecil menanggapi ucapan yang dilontarkan Fikri padanya. Bersahabat dengan pria itu sekian lama, hingga sekarang bekerja sama dengannya, membuat Naya terbiasa dengan ejekan dari Fikri.

"Kan memang tujuannya itu, Fik. Biar kelihatan sopan saja kalau ada yang dengar kan. Kalau lagi berdua, ngapain sopan-sopan amat? Haha," timpalnya. Fikri menggeleng kecil mendengarnya.

Sahabat perempuannya memang memiliki sifat yang berbeda-beda. Jika dulu Aludra adalah sosok perempuan yang lemah lembut, berbeda dengan Naya. Perempuan itu akan berkata sesuka hatinya, selama itu tidak menyakiti orang lain.

"Gue cuma mau ingetin lo, Fik, siang ini lo ada rapat sama perusahaan dari Jakarta. Lo tahu kan?" tanya Naya memastikan. Fikri mengangguk.

"Yang mau pakai jasa kita buat pembangunan perusahaan barunya mereka kan? Walaupun sibuk kayak gini, gue nggak pikun, Nay!" jawabnya.

"Iya deh, percaya. Eh, lo sudah dengar kabar terbaru belum?" tanya Naya. Fikri menaikkan sebelah alisnya, seolah memberi isyarat tanda tanya pada Naya.

"Kemarin gue baru jengukin Aliza, kangen gue sama reinkarnasinya Aludra, haha. Terus gue ketemu sama Dilfa. Kebetulan gue tengokin Aliza sore, jamnya Dilfa pulang kantor."

"Iya, terus? Jangan bilang lo mau calonin diri jadi Ibu barunya Aliza?" tanya Fikri curiga.

"Gue masih waras, ya! Gila kali gue makan suami sahabat gue sendiri!" jawab Naya tak terima.

"Ini tuh, informasi buat lo tahu, Fik! Dengarin gue. Farza sudah balik. Beberapa minggu yang lalu, Dilfa katanya ketemu sama dia di makamnya Aludra sama anaknya, Farras. Gue kasih tahu lo, karena gue pikir lo masih pengen ketemu dia walaupun cuma sekadar nanya kabar."

Sontak saja kabar yang diberikan Naya padanya membuat Fikri tercenung sejenak. Setelah sekian lama mencari informasi keberadaan Farza, kini Fikri mengetahui bahwa perempuan itu telah kembali. Tapi, hal lain justru memberatkannya.

"Kalaupun gue berusaha buat ketemu dia, apa dia mau ketemu dan lihat gue? Gue rasa akan berat banget buat dia. Seenggaknya gue tahu dia baik-baik saja sudah cukup. Thank's, Nay, buat infonya."

Fikri menepuk pundak Naya beberapa kali. Setelahnya, pria itu kembali meneruskan jalannya menuju ruang kerjanya. Meski isi kepalanya dipenuhi dengan pikiran tentang Farza.

"Kalau gue punya satu kesempatan buat ketemu lo, gue cuma mau minta maaf, Za."

_____

Hayooo siapa yang berharap Farza ketemu sama Fikri?....
Masih akan ada satu extra part lagi. Ditunggu yaaa....
Sambil nunggu boleh kali mampir di story baruku yang judulnya 'Felicita'. Terimakasih.....

Antara Dua Hati [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang