Di hari kita bertemu kembali, aku ingin kita terlihat asing lagi. Aku ingin kita saling berhenti. Kamu berhenti mengasihani, dan aku berhenti mencintai. Damailah dengan hidupmu sendiri.
_____
"Fik, sudah siap? Lima belas menit lagi klien kita sampai," ujar Naya. Fikri mengangguk. Dirinya segera merapikan dasi dan pakaiannya, berusaha menyambut kedatangan klien barunya.
Lima belas menit berlalu. Seorang wanita berpakaian rapi memasuki ruang rapat gedung kantor milik Fikri. Segera perempuan itu menjabat tangan Fikri.
"Perkenalkan, Pak, saya perwakilan dari HS Group. Mohon maaf, atasan saya masih dalam perjalanan karena ada sedikit gangguan tadi di jalan. Saya datang terlebih dahulu, berjaga-jaga kalau anda telah menunggu," ujar perempuan itu.
"Saya Fikri, Bu. Tidak apa-apa, saya bersedia menunggu."
Perwakilan dari HS Group yang tak lain dan tak bukan adalah Fanya, sekretaris dari Farza pun tercengang. Perempuan itu berpikir apakah pria di depannya yang sempat terikat pernikahan dengan atasan sekaligus temannya itu?.
Tak berselang lama, suara langkah kaki terdengar menyeruak ke dalam gendang telinga seluruh pasang mata yang berada di ruang rapat tersebut. Suara langkah itu kian mendekat, hingga terbukalah pintu ruang rapat itu.
Fikri menatap perempuan yang muncul di ambang pintu. Perempuan yang sama, dengan perempuan yang ia temui enam tahun yang lalu. Perempuan yang memutuskan pergi dari hidupnya, karena kejahatannya.
Farza yang masih berdiri di ambang pintu tak kalah terkejutnya. Namun perempuan itu berusaha menetralkan mimik mukanya. Tak ingin semua orang yang di sana mengetahui bahwa dirinya mengenal betul pria yang tengah duduk di ujung ruangan tersebut.
"Maaf saya terlambat, ada kendala sedikit dalam perjalanan," ujarnya. Fikri bangkit dari duduknya, mengulurkan tangannya guna menjabat tangan Farza. Perempuan itu pun membalas uluran tangan Fikri.
"Saya Fikri, pimpinan di perusahaan ini. Tidak apa, saya memaklumi."
"Saya Farza Naina. Terimakasih telah bersedia memaklumi keterlambatan saya." Fikri menatap Farza tak berkedip, sedangkan Farza memilih untuk menunduk menghiraukan tatapan mata pria itu.
**
"Terimakasih, Pak Fikri. Untuk selanjutnya, anda bisa langsung menghubungi sekretaris saya guna membicarakan projek kita lebih lanjut. Saya harap kerjasama ini berjalan dengan baik," ucap Farza. Fikri mengangguk.
"Sama-sama. Terimakasih kembali sebab telah mempercayakan kami untuk membantu proses pembangunan cabang perusahaan anda."
Farza bergegas meninggalkan ruang rapat, disusul Fanya yang terburu-buru merapikan barang-barang. Dugaan Fanya benar, pria itu adalah Fikri mantan suami dari Farza.
"Za, itu kan Fikri?" tanya Fanya ketika mereka berdua telah berada di dalam lift. Farza mengangguk pelan. Tidak pernah menyangka sebelumnya mereka akan bertemu dengan cara seperti ini. Pertemuan yang tidak pernah direncanakan sama sekali.
Tiba-tiba saja kaki Farza melemas, badannya hampir saja ambruk jika Fanya tidak menahan dan menumpunya. Prasangkanya selama ini benar. Dirinya, belum memiliki kesiapan untuk kembali bertemu dengan Fikri.
"Gue, gue benar-benar bingung, Fan. Rasanya, kayak mimpi tahu nggak? Gue sama sekali belum mau ketemu dia lagi, Fan," keluhnya. Sembari membantu Farza menguatkan pijakan kakinya, Fanya menepuk pelan bahu teman sekaligus atasannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Dua Hati [SUDAH TERBIT]
RomanceAku terjebak dalam satu kondisi, di mana raga ku bersama mu, namun hatiku menjadi miliknya. Haruskah ku terima kamu dengan lapang? Sedang hatimu pun menjadi milik orang lain. Kita berdua terikat dalam sebuah pernikahan, yang hanya ada keterpaksaan...