◜45◞ Tes DNA & Stadium 3

4K 428 93
                                    

"Saya selalu berharap tangan besar ini bisa menggenggam tangannya, tapi itu semua hanya sebatas harapan."

☆☆☆

Karin, gadis itu menatap tiga helai rambut yang berada di telapak tangannya. Mengambil bungkusan dan memasukkan helai rambut itu.

"Kalau memang ini jalan satu-satunya, gue harap ini bisa buktiin apa yang sebenarnya terjadi. Tentang Kakak, Ayah dan Om Radit."

Karin berjalan kedalam cafe mencari seseorang yang sudah berjanji menemuinya.

Netra nya menemukan pria dengan punggung tegap membelakangi nya. Gadis itu berjalan kearah meja itu.

"Om Radit?" Pria itu berbalik dan tersenyum kecil.

"Karin? Silahkan duduk," Radit menatap gadis remaja itu dalam.

Ini adalah kali pertamanya Radit bertemu dengan putri kedua dari Gilang. Ternyata gadis itu sama cantiknya dengan sang Kakak, Gladys.

"Terimakasih karena Om udah nyempetin waktu buat ketemu sama Karin," ucap gadis itu sopan.

Radit menganggukkan kepalanya, walaupun sebenarnya dia juga merasa bingung kenapa tiba-tiba Karin mengubungi nya dan meminta membuat janji buat bertemu.

"Sama-sama, tapi saya masih bingung kenapa kamu ingin bertemu dengan saya?"

Karin meremas rok nya kuat, jujur dia sangat gugup sekarang. Menatap wajah pria yang menjadi sahabat lama dari sang Ayah dan bisa saja adalah Ayah kandung dari Kakaknya.

"Maaf kalau ini sedikit mengganggu privasi Om, tapi tolong bantu Karin. Ini mengenai Kak Gladys, apa benar kakak adalah anak kandung dari Om?"

Radit mematung ditempatnya, bagaimana gadis itu bisa mengetahui rahasia dari dua keluarga ini. Padahal rahasia ini sudah tersimpan rapat-rapat dari orang lain. Hanya dia, Gilang dan Farah yang tahu semua ini.

"Kamu tahu hal ini dari siapa, Nak?

Karin menunduk, matanya terasa memanas. Dia sangat tidak sanggup jika mengingat fakta tentang sang Kakak sebenarnya.

"Karin sayang banget sama Kak Gladys, Om. Semua akan Karin lakukan demi Kakak. Nggak ada yang lebih menyakitkan dari pada tamparan dari kenyataan ini." Hatinya benar-benar remuk sekarang.

Radit menatap gadis dihadapannya dengan perasaan haru dan sedih. Ternyata Karin tulus menyayangi Gladys.

"Bahkan setelah kamu tahu kalau orang yang tumbuh bersama kamu dan orang yang kamu panggil dengan sebutan Kakak itu bukan Kakak kandung kamu?" tanya Radit.

Hati Karin terasa dihantam batu besar mendengar pertanyaan itu. Walaupun dia sudah mengetahui fakta itu tapi mengakui kebenaran bahwa dia bukan adek kandung dari Gladys sangat menyakitkan.

Gadis itu mengangguk kepalanya, "Karin tulus sayang sama Kakak, Karin nggak mau liat Kak Gladys sedih walaupun pada kenyataannya Karin adalah lukanya Kakak."

Mengingat bagaimana sakitnya Gladys saat sang Ayah membandingkan mereka berdua, mengingat luka fisik yang Kakaknya dapatkan padahal bukan salah nya begitu menyayat hatinya.

"Kamu gadis baik, jangan menyalahkan diri kamu sendiri karena keadaan ini." Radit menepuk pelan kepala Karin, dia bangga dengan gadis dihadapannya.

"Jadi, Om mau kan jelasin semuanya?" Kedua netra gadis itu menatap Radit penuh harap.

Radit terdiam beberapa saat, haruskah dia menjelaskan semuanya? Haruskah dia mengungkap apa yang selama ini tersimpan rapat-rapat?

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang