"Lo terlalu berharga untuk disia-siain sama kek mimpi lo terlalu berharga untuk lo sia-siain."
☆☆☆
Gladys meremas kedua tangannya, saat ini dia masih berdiri didepan gerbang. Dia takut untuk masuk.
Membayangkan wajah kecewa teman-teman nya saja sudah membuat dirinya merasa bersalah dan ingin menangis.
Gitarnya rusak, tidak ada gitar artinya tidak bisa ikut perlombaan musik. Padahal teman-temannya berharap lebih pada perlombaan ini.
Karena disana ada Galen, lelaki tampan yang ambisi nya sangat tinggi. Tapi jika keadaan seperti ini, ikut opening juga bisa saja mereka ngak bisa.
"Gimana cara gue jelasin ke kalian?" Wajah tenang itu mengisyaratkan kecemasan.
Harusnya hari ini mereka latihan lagi untuk opening tapi keadaan seperti ini.
"Hayo adek manis ngapain disini ngak masuk" Gladys terkejut mendengar ucapan Bima yang tiba-tiba.
"Ini mau masuk," Gladys mencoba menenangkan dirinya saat ini.
"Yaudah sekalian masuk sama gue," Bima merangkul bahu Gladys dan berjalan beriringan menuju kelas.
Semakin dekat, semakin kencang jantung Gladys berdetak.
"Assalamualaikum dan selamat pagi wahai kawanku." Ucap Bima setelah membuka pintu kelasnya.
"Sana duduk, belajar yang rajin. Gue mau main epep dulu." Bima menepuk pelan kepala Gladys dan melangkahkan ke bangku nya dan mengeluarkan hp nya.
Bima Putra Mahendra, cowok yang berpenampilan sedikit bad boy. Baju dikeluarkan, memakai kalung dilehernya. Namun penampilan sangat berbeda dengan sikap nya.
Sangat menyayangi teman-temannya dan game tentunya. Bisa dikatakan dia cowok gamers.
"Pagi!" Ucap Gladys dan berkumpul bersama teman-teman perempuannya yang saat ini duduk melantai didepan papan tulis.
"Pagi adek manis!" Ucap mereka serentak, entahlah Gladys juga bingung kenapa mereka sangat suka memanggil dirinya dengan sebutan itu.
Clara memperhatikan wajah Gladys serta tangan gadis itu yang terbalut plaster putih. Clara menatap wajah itu, Gladys sedikit berbeda hari ini.
"Kening sama tangan lo kenapa bisa luka begitu?"
Hening, semua terdiam mendengar pertanyaan Clara.
BRAK
Bunyi kursi yang terjatuh mengagetkan semua orang.
Rian berjalan cepat kearah Gladys dengan muka bantalnya. Gladys yang melihat Rian berjalan kearahnya menegang.
Rian berjongkok dihadapan Gladys, tangan cowok itu memegang dagu Gladys dan melihat kening itu yang diberi plaster serta mengambil tangan mungil itu yang terbungkus plaster putih.
"Ini kenapa?" Rian berucap dengan nada datar.
Mereka tidak kaget saat Rian berbicara dengan nada seperti itu, karena mereka tau Rian sangat sayang pada Gladys layaknya Abang, sangat posesif jika menyangkut Gladys.
Kenapa mereka bisa sadar dengan lukanya? Sedangkan Bima saja tidak menyadari luka itu.
Apa yang harus Gladys bilang, tidak mungkin dia memberitahu mereka apa yang terjadi sebenarnya. Kalau bukan Saga yang mengobati luka itu mungkin sampai sekarang luka itu tetap seperti kemarin.
Gladys mencoba tidak melihat mata Rian yang menatap nya tajam, sedangkan Riski berdiri di belakang Rian dengan tangan dilipat didepan dada.
Mereka semua juga menunggu jawaban Gladys.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGLA (SELESAI)
Ficção Adolescente[Follow sebelum membaca] #2 In Youth 19 Agustus 2021🥈 Hanya cerita ringan yang menyentuh hati kalian. _________ "Rasanya gue suka sama lo sendirian, dan itu buat gue ngerasa sengsara tapi anehnya gue malah makin suka sama lo." "Gue ngak pernah mint...