◜34◞ Penolakan

3.8K 440 23
                                    

“Karena bagiku, mencintaimu saja adalah hal istimewa.” – Boy Candra

☆☆☆

Gladys membenarkan kalung hitam pada lehernya dan mengambil tasnya yang berada di kasur.

Gadis itu berjalan keluar ke kamar menuju ke bawah. Di sana dia sudah melihat Karin yang sudah siap dengan seragamnya dan sang Ayah dengan style kantornya.

Mencoba mengabaikan mereka Gladys berjalan terus dengan wajah datarnya, tanpa menoleh sedikit pun.

Gilang yang melihat Gladys yang seperti tidak melihat keberadaannya merasa tidak terima.

"Tidak punya sopan santun," Gladys yang mendengar ucapan Gilang terdiam.

Gadis itu membalikkan badannya dan menatap Ayahnya sebentar lalu pergi begitu saja.

Jantung Gilang berdetak hebat, tatapan mata Gladys berbeda. Untuk pertama kalinya Gladys menatap dirinya seperti itu. Kilasan masa lalu kembali hingga dibenaknya. Tatapan itu sangat tidak asing untuknya

"Menatap matanya saja saya tidak bisa." Gilang mengusap wajahnya kasar.

Karin menatap Gilang lama, sepertinya ada yang tersembunyi selama ini. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar mengambil tas punggung miliknya.

"Kalau itu benar, berarti ada yang harus gue selidiki."

Ada yang mengganjal di sini, tentang keacuhan sang Bunda, kasarnya sang Ayah. Sejak ia kecil semua itu sudah seperti ini. Sangat tidak adil untuk sang Kakak.

"Apapun nanti gue harap nggak membuka luka baru lagi," Karin sangat menyayangi Gladys walaupun yang ia dapatkan hanya tatapan datar dan perkataan tajam.

Dia paham, sikap Gladys terhadapnya adalah bentuk kekecewaan kakaknya selama belasan tahun.

☆☆☆

Wajah datar Gladys seketika berubah saat melihat siapa yang sudah berdiri didepan gerbang rumahnya.

"Saga." Gadis itu berlari kecil dan membuka gerbang, senyum hangat milik Saga menyambut dirinya.

"Pagi pacar." Saga mengacak-acak gemas rambut gadisnya.

"Pagi, aku nggak tau kalau kamu bakal jemput aku," Gladys tentu terkejut semalam cowok itu tidak mengatakan apa-apa.

"Nggak papa sekali-kali, awali pagi kamu dengan senyuman." Cowok itu menyentuh kedua sisi bibir Gladys dan menariknya keatas sehingga membentuk senyuman.

Gladys terkekeh kecil. "Yaudah berangkat sekarang." Gadis itu mengambil helm yang masih sama, motif anak macan bedanya sekarang namanya terdapat disana. Lumayan besar.

"Bentar, aku ada sesuatu buat kamu." Cowok itu membuka tas hitamnya dan mengeluarkan hoodie berwarna putih.

"Nih pake, itu punya kamu," Gladys menatap Saga bertanya sebelum mengambil hoodie putih yang masih terlipat.

Saat membuka lipatan hoodie yang tebal nan lembut Gladys disambut dengan namanya 'GLADYS' yang tertulis cukup besar dipunggung hoodie itu.

"Ini buat aku?" Saga menganggukkan kepalanya dan membalikkan sedikit badannya memperlihatkan punggungnya.

'SAGA' tulisan pada hoodie milik cowok itu. Ini hoodie couple?

"Sebenarnya udah lama banget pesannya tapi baru bisa sekarang ngasih nya."

Saga sudah membuat hoodie itu sebelum Pensi beberapa waktu lalu. Namun niatnya ingin memberikan kepada gadis itu ia urungkan, dan baru sekarang ia bisa memberikannya dengan status sebagai seorang pacar.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang