◜41◞ Sorry

3.4K 397 254
                                    

Ada rahsa yang terpendam, di setiap kata dalam diam.

☆☆☆

Lelaki dengan Hoodie berwarna hitam lengkap dengan celana jeans dan topi itu mengambil tas punggungnya dan berjalan turun dari bus.

Hatinya tak henti berdesir hangat, dia ingin berlari dan memeluk tubuh Gladys yang selama ini ia rindukan. Tiada detik yang ia lewati tanpa memikirkan gadis itu.

Namun suara notifikasi dari saku hoodie nya membuat ia mengehentikan langkah kakinya. Saga mengambil handphonenya dan membuka chat dari orang yang tidak ia kenal.

0882426xxxxx :
Itu pacar lo bukan? Sungguh adegan romantis.

Saga tertegun melihat foto yang dikirim dengan caption itu. Tangan cowok itu terkepal kuat.

Itu Gio dan Gladys kan? Pikiran aneh-aneh mulai menghantui pikiran cowok itu.

"Tahan, lo nggak boleh kelepasan marah Ga." Saga mencoba mengontrol dirinya.

Cowok itu memasukan kembali handphonenya pada saku hoodie dan berjalan kearah lapangan yang berada didalam sekolah.

"Gue harap apa yang dipikirkan gue itu nggak bener, nggak mungkin kalian berdua khianati gue,"

Semakin jauh langkahnya semakin kencang pula debaran jantungnya. Dia tidak siap menerima kenyataan yang bisa kembali meruntuhkan hidupnya.

"Cukup Mama, kamu jangan, Dys." Tangan Saga terkepal kuat dengan keringat dingin mengucur dari dahinya. Rasa takut menguasai dirinya.

Dia takut kehilangan, dia takut Gladys pergi darinya seperti sang Mamah. Dia takut Gio mengkhianati persahabatan mereka, dia takut hubungan persahabatan selama 10 tahun terhenti disini.

Saat tiba di lapangan dunia Saga seakan hancur. Didepan mata kepalanya sendiri sahabat dan pacarnya saling memeluk. Apa yang terjadi selama 5 hari ini?

"Jangan pernah mempercayai apa yang kamu lihat sebelum kamu mendengar penjelasan," Radit mengusap rambut hitam milik putranya.

Saga kecil mengerutkan keningnya bingung.

"Maksudnya gimana ya, Pah? Saga nggak paham." Radit terkekeh kecil, sudah 10 tahun dia merawat putranya seorang diri.

Saga tumbuh menjadi anak yang cukup dewasa diumur yang masih 10 tahun, selalu ingin mengetahui hal baru.

"Seperti ini, Papah makan sate terus Saga liat Papah makan sate. Tapi Saga tahu tidak kalau yang Papah makan itu sate ayam atau sate kambing?"

Saga kecil sontak menggelengkan kepalanya cepat, dia tidak tahu jika papah makan sate apa.

"Tidak tahu bukan?" Saga kembali mengangguk kepalanya.

"Jadi apa yang kita lihat belum tentu itu kebenaran, jadi Saga harus tahu dan mau mendengarkan penjelasan." Jelas Radit.

"Jadi, Saga liat Papah makan sate terus Saga mikir itu sate kambing, tapi setelah Papah jelaskan itu sate ayam. Gitu Papah?" Senyum bangga seorang Papah terbit di wajah Radit.

"Anak Papah pintar banget." Radit mengusap kepala putranya bangga.

Ingatan tentang apa yang Papahnya ajarkan dulu terputar di otaknya, bagai kilasan memori menghantui diri.

"Benar gue nggak bisa menyimpulkan dengan apa yang gue liat aja, gue harus denger penjelasan dari mereka berdua," Saga mengusap dadanya yang terasa sesak.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang