◜40◞ Sagla & Giorgio

3.2K 381 125
                                    

"Bukan salah lo, tapi salah gue. Yang tetap naruh harap pada rasa yang nggak akan pernah sama."

☆☆☆

Gadis dengan hoodie berwarna putihnya lengkap dengan rok selutut berlari kedalam sekolah.

Gladys membenarkan tas selempang miliknya dan mendudukkan diri pada bangku yang langsung berhadapan dengan parkiran.

Saga♡
Aku udah dijalan, sampai ketemu di sekolah cantik.

Begitulah isi pesan yang Saga kirimkan padanya. Hari ini memang kepulangan tim basket dari turnamen yang diselenggarakan di Bogor.

Gladys tak henti-hentinya menahan senyum yang bisa kapan saja terbit bila dia tidak menahannya.

Ternyata begini rasanya menunggu seseorang, ternyata begini rasanya dijadikan prioritas, ternyata begini rasanya rindu pada seseorang.

Bersama Saga dia jadi tahu apa yang tidak pernah ia rasakan. Jika Ayah adalah cinta pertama seorang anak perempuan, maka semua kasih sayang kita belajar dan dapatkan dari dia.

Tapi untuk Gladys, dia tidak seberuntung itu mendapatkan apa yang seorang anak perempuan dapatkan. Tapi bersama Saga, dia mendapatkan itu semua.

"Masih lama nggak ya?" Gladys menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Apa gue datangnya kecepatan?" Tanya pada dirinya sendiri.

Gadis itu mengeluarkan roti dengan selai coklat serta susu kotak rasa vanila dari dalam tasnya.

Memasang earphone dan memutar lagi sambil memakan roti dengan nikmat. Gladys dan Saga adalah dua anak manusia penyuka keheningan.

Saat asik mendengar lagu dan meminum susu vanilla nya, seseorang dengan sengaja menarik earphone disebelah kanannya.

Gladys mendongak dan menatap orang itu datar. "Maksud lo apa?" Gadis itu bangkit dari duduknya dan menatap Gio yang berdiri dihadapannya.

Gio memandang wajah mungil yang selalu berekspresi datar dan dingin jika berhadapan dengannya.

Athela, benar-benar berbeda dengan Athela nya yang dulu. Lala yang selalu memancarkan senyuman jika bersamanya, Lala yang selalu bermanja jika bersamanya, Lala yang selalu bersifat lembut dan hangat padanya. Kini benar-benar hilang dalam diri Gladys.

"Gue mau bicara berdua sama lo," ucap Gio dan menggenggam tangan Gladys.

Gladys menatap genggaman tangan itu dan berniat menghentakkan agar genggam itu lepas, namun Gio malah mengeratkan genggamannya.

Cowok itu menarik tangan Gladys dan menuntunnya mengikuti langkah kakinya.

"Lepas! Lo apa-apa sih, lepas Gi!" Gladys terus menerus memberontak namun genggaman itu sangat kuat.

Gadis itu menatap punggung lebar Gio, maksud cowok itu apa sebenarnya? Selalu mengusik dirinya selama lima hari ini, dan sekarang? Kenapa juga dirinya ada disini.

"Lepas!" Genggam itu terlepas saat mereka sudah sampai di lapangan yang berada di halaman dalam sekolah.

Gladys menatap Gio tajam dan dingin, "maksud lo apa narik-narik gue kek gitu hah?!"

Gio menatap mata itu, mata coklat terang yang selalu ia puja sejak dulu. Mata yang selalu menjadi cinta pertamanya.

"Gue pengen bicara sama lo, apa salah?"

"Lo masih nanya? Jelas salah! Lo siapa, sampai bisa maksa-maksa gue?"

Wajah kedua sama-sama datar, Gio mengepalkan kuat kedua tangannya. Menahan dirinya agar tidak kelepasan memeluk gadis yang berada dihadapannya.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang