◜51◞ Kilas Balik - Akhir?

5.1K 446 217
                                    

"Jika rindu bisa bicara, mungkin tak ada yang tahu cara menghentikannya."

☆☆☆

Gladys menatap album foto yang berada digenggaman nya dengan perasaan sesak.

"Bunda Gina ...." lirih gadis itu seraya mengusap wajah wanita yang tersenyum cantik itu.

Farah tadi datang ke kamar Gladys dan memberikan album foto, walaupun Gladys sedang tidak ingin berbicara padanya. Farah tetap bersikap baik pada gadis itu, karena sejak Gladys masih bayi. Dia lah yang merawat gadis itu dengan tangannya sendiri.

Hati Gladys seperti diremas kuat, bahkan memukul dadanya berniat menghilangkan rasa sakit itu tapi tetap saja rasa sakit itu kian menjadi.

"Maafin Gladys, Bun. Gara-gara Gladys harus lahir Bunda harus bertaruh nyawa." Bibir gadis itu kian bergetar hebat.

"Kenapa Bunda lahirin Gladys kalau Bunda sendiri tinggalin Gladys sendirian."

Hati anak mana yang akan baik-baik saja saat tahu sang pelita hidup nya ternyata sudah dari lama redup.

"Jadi ini alasan Ayah selalu sebut Gladys anak pembawa sial, karena Gladys penyebab Bunda meninggal?"

Wajah gadis itu kian memerah, kedua matanya berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya.

"Maaf Bunda maaf, hiks." Tumpah sudah air mata yang sejak tadi Gladys tahan.

Tak selang berapa lama pintu kamar Gladys terbuka menampakkan gadis cantik berambut panjang. Karin menatap sang Kakak dengan pandangan sendu, melihat terpuruk nya Gladys saat ini membuat dia ikut merasakan sakit sang Kakak.

Luka datang bersama pada sang Kakak, terungkap nya bahwa Bunda Gina yang sudah meninggal dan luka baru yang ia dapatkan bahwa sang kekasih tengah berjuang untuk tetap bertahan hidup dirumah sakit.

"Kak Gla ...." Panggil Karin yang membuat Gladys mengalihkan pandangannya dan bertemu dengan netra hitam milik Karin.

Tanpa membuang waktu Gladys langsung menyimpan album foto itu dan berlari kearah Karin.

Karin yang melihat sang Kakak berlari kearah nya ikut berlari dan tepat saat itu juga pelukan setelah 12 tahun lamanya kini terjalin lagi.

Gladys memeluk erat tubuh Karin, sama halnya dengan Karin. Gadis itu memeluk tubuh yang selama belasan tahun lamanya ia rindukan.

"Sakit Rin, gue nggak kuat. Kenapa takdir seolah nggak pengen gue bahagia? Kenapa hah?"

"Bunda Gina tinggalin gue sendirian, Bunda meninggal gara-gara gue, Ayah benci gue karena benar gue pembawa sial."

Gladys menangis begitu kuat, kamar gadis itu sekarang penuh dengan suara tangisan pilu kedua kakak beradik yang saat ini tengah saling memeluk.

"Nggak Kak Gla ... Kakak bukan anak pembawa sial, bukan. Bunda Gina meninggal itu udah jalan, dan jalan itu saat Bunda Gina lahirin Kakak."

Hati Karin berdenyut nyeri mendengar penuturan Gladys.

"Ayah benci sama gue karena gue penyebab orang yang dia cinta meninggal, Rin."

Sedangkan diluar sana, dibalik tembok itu Gilang menyandarkan tubuhnya dan menatap keatas dengan pandangan kosong.

Hatinya sangat sakit mendengar penuturan sang putri.

"Maafin Ayah, Nak. Ayah gagal menjadi suami yang baik untuk Bunda kamu dan sekarang Ayah gagal menjadi Ayah yang baik buat kamu."

Kini semua tinggal penyesalan tiada berujung.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang