◜28◞ PMS

4.1K 451 26
                                    

"Hanya karena gue cuekin lo, bukan berarti gue nggak peduli lagi."

☆☆☆

Gladys menggigit bibir bawahnya berusaha menahan sakit yang ia rasakan saat ini. Mata gadis itu berkaca-kaca.

Gadis itu mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja kecil dekat tempat tidurnya. Melihat tanggal yang tertera di sana membuat dia menghela nafas pelan.

"Bunda sakit banget," Saat-saat seperti ini membuat dirinya selalu menginginkan Farah, Bundanya.

Gladys akan mengalami nyeri haid saat akan menstruasi. Dia yakin sebentar atau besok ia akan menstruasi.

Gladys bangun dari tidurnya dan berjalan ke pintu dengan kedua tangan menekan perut bagian bawahnya, mencoba menahan rasa sakit itu.

"Bunda." Gladys berjalan mendekati Farah yang tengah mencuci piring.

Farah membalik badannya dan menatap putri sulungnya. Hanya menatap tidak mengeluarkan satu katapun.

Gladys menatap Farah, sungguh Gladys sangat menyayangi Farah. Walaupun Farah terkesan cuek dan dingin padanya, dia sangat tahu bahwa Farah menyayanginya.

"Perut Gladys nyeri Bunda, sakit banget." Ucap gadis itu layaknya anak kecil yang sedang mengadu. "Pengen diusap, Bun." Lanjut Gladys.

Gladys sering melihat Karin diusap perutnya saat gadis itu merasakan nyeri haid. Farah akan mengusapnya dengan lembut hingga Karin terlelap tidur ataupun nyerinya mereda.

Dia menginginkan itu juga.

Farah masih bergeming di tempatnya. "Nggak usah manja, sakit itu nggak akan buat kamu mati." Hati Gladys mencelos mendengar ucapan sang Bunda.

"Tapi Bun, ini sakit banget. Dys pengen diusap kek Karin kalau lagi nyeri haid." Farah menatap mata itu, mata yang memancarkan kasih sayang padanya.

Wanita itu membalikkan badannya dan melanjutkan mencuci piring yang sempat tertunda.

"Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Karin, apa yang Karin dapatkan belum tentu kamu bisa dapatkannya."

Gladys menatap Bundanya dari samping, wanita yang telah melahirkannya, wanita yang merawatnya dari kecil walau dengan wajah datar dan dingin.

"Kembali ke kamar kamu dan tidur, sakitnya akan hilang kalau kamu tidur."

Gladys menundukkan kepalanya dan beranjak pergi meninggalkan Farah dalam diamnya.

Setelah sampai di kamar gadis itu menutup pintu dan merebahkan dirinya pada kasur yang bermotif boneka doraemon.

"Sakit banget." Lirihnya pelan dan terus mengusap perutnya.

Karin benar-benar berhasil membuatnya iri akan hidup gadis itu, bahkan perhatian sekecil apapun tidak ia dapatkan.

Setetes air mata jatuh di kelopak mata indah itu, dirinya tidak meminta aneh-aneh hanya sebuah elusan kecil. Tapi dia tidak bisa mendapatkannya.

Perlahan Gladys menutup matanya, rasa kantuk tiba-tiba menyerang dirinya membuat tidur dengan posisi tetap memeluk perutnya.

"Maafin Bunda, Nak." Sepasang mata wanita itu melihat bagaimana putrinya mencoba menahan rasa sakit itu.

Farah membuka pintu kamar Gladys dan menutupnya kembali, wanita itu berjalan mendekati sang putri yang sudah terlelap.

"Bahkan bunda nggak bisa jadi bunda yang baik buat kakak." Farah mengusap surai pendek Gladys.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang