◜49◞ "Aku Pulang."

4.1K 388 145
                                    

"Terkadang dunia sebercanda ini dalam memainkan hati. Gue yang dibuat jatuh hati terlalu dalam, orang lain yang dibiarkan memiliki."

☆☆☆

Ekspresi adalah ungkapan isi hati, ekspresi terkadang tidak bisa berbohong tentang apa yang tengah kita rasakan.

Sama halnya dengan yang dirasakan putri kedua dari keluarga Danudaksa. Karin menggempal kan kedua tangannya menahan gejolak dalam hatinya.

"Semua harus selesai hari ini," gerutunya menahan amarah, gadis itu mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.

Netra hitamnya menatap keluar jendela dengan pandangan datar, Karin yang biasa terlihat ceria kini jauh berbeda.

Tak selang lama nada sambung itu berubah menjadi suara sapaan dari seberang sana.

"Iya ini Karin, Om,"

"...."

"Karin bisa minta tolong Om Radit kesini? Hasil Tes DNA udah keluar dan Karin udah menyelesaikan apa yang harus Karin selesaikan," Karin menarik napasnya mencoba mengatur nada bicaranya. "Bisa kan Om ke rumah?"

Karin sangat berharap Radit bisa datang menemui nya. Dia tahu apa yang akan terjadi jika Gilang bertemu dengan Radit. Gadis itu sudah memikirkan konsekuensi nya.

"Maafin Karin, Yah. Tapi ini satu-satunya jalan agar semuanya bisa selesai dan Kak Gladys harus tau siapa sebenarnya orang yang membesarkan dia selama ini."

Hatinya begitu teriris mengetahui fakta bahwa orang yang bersamanya selama ini bukan lah kakak kandungnya.

"Baik Om, terimakasih." Karin menaruh handphone nya dan menjatuhkan dirinya pada kasur. Menutup muka nya dengan kedua tangan.

Senyum Gladys tiba-tiba hadir dibenaknya. Senyum yang selalu ia idam-idamkan bisa terbit karena nya.

"Kak ... Karin berani sumpah, Karin sayang banget sama Kakak. Maaf kalau ini bakal buat luka baru dalam hidup Kakak, tapi semua ini nggak bisa terlalu lama disembunyikan."

Dua hari lalu, setelah membaca hasil Tes DNA yang berhasil membuat dia tertegun melihat itu semua. Dan kembali mencari tahu lebih lanjut tentang semua ini. Dan saat itu juga dunia nya benar-benar hancur. Gladys bukanlah Kakak kandung nya, kenyataan berbeda dengan yang dia harapkan selama ini.

Ingatannya berputar ke masa dimana dia dan Gladys masih akur sebelum semuanya berubah.

"Ririn main yok!" Gladys kecil berumur lima tahun memasuki kamar sang adik.

Mereka dari awal memang tidak sekamar, padahal mereka berdua selalu ingin tidur bersama. Namun Gilang selalu menentang itu semua.

"Bentar Kak Gla, Ririn lagi sisir rambut," suara lucu khas anak kecil berteriak dari dalam kamar.

Gladys berjalan mendekati Karin yang masih mencoba menyisir rambutnya yang terlihat kusut.

"Sini biar Kak Gla yang sisir." Gladys mengambil sisir berwana pink itu dan mulai menyisir pelan rambut milik adiknya. Sangat pelan, seolah Karin adalah benda kaca yang bisa saja pecah jika ia terlalu kuat menyisir rambut itu.

Karin tersenyum kecil, baginya Gladys adalah kakak, sahabat, dan juga bunda keduanya.

"Ini kenapa bisa kusut begini rambutnya?" tanya Gladys dan merapikan poni kecil milik adiknya.

"Tadi karin waktu pake sampo terlalu semangat seperti nya Kak Gla, makanya seperti ini,"

Gladys menganggukkan kepalanya dan mengambil jepitan rambut berwarna pink yang sama persis dengan yang ia kenakan.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang