◜42◞ Them And Sadness

3.4K 357 191
                                    

"Menaruh ekspetasi terlalu tinggi kepada seseorang adalah karya seni memahat luka."

☆☆☆

Matahari telah terganti menjadi bulan, sinar bulan yang begitu cerah menghiasi langit.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam, namun gadis dengan surai panjang itu masih terjaga dari tidurnya.

Menatap pintu bercak putih dihadapannya dengan perasaan gugup, tangan terulur memegang kenop pintu dan membukanya.

Menyembulkan kepalanya kedalam dan menatap kamar yang bernuansa hitam putih itu dengan perasaan rindu.

Karin, memasuki kamar sang Kakak. Gadis itu melihat kearah kasur dengan seprei bertema panda. Disana Kakaknya sudah terlelap dengan nyenyak.

"Kak, Karin kangen." Karin mendudukkan dirinya pada karpet berbulu yang berada didepan kasur Gladys.

Menatap wajah damai sang Kakak, tangan terulur mengusap kening Gladys.

"Maaf karena belum bisa jadi adik yang baik buat Kak Gladys, maaf karena mengambil semua perhatian keluarga, maaf karena menjadi alasan Kakak seperti ini." Bibir gadis itu bergetar, dadanya seperti dihimpit sesuatu.

"Kakak tau, Karin sayang banget sama Kak Gladys. Dulu waktu kecil Karin iri liat mereka yang pulang bareng sama kakak mereka, Karin iri liat mereka bisa bercanda bareng kakak mereka, dan Karin iri nggak bisa genggam tangan Kak Gladys buat jalan bareng."

Mengapa Karin melakukan ini? Terjaga dimalam hari hanya untuk berbicara sendiri seperti orang tak waras. Alasannya cuman satu, dia ingin berbagi cerita dengan sang Kakak walaupun Gladys tak mendengarnya.

"Apa kita bener-benar nggak bisa ya jadi adik-kakak seperti umumnya? Karin pengen nonton sampai larut malam sama Kakak, Karin pengen tidur bareng kakak, Karin pengen berangkat sekolah bareng kakak ... Hiks," pecah sudah tangis yang sejak tadi ia tahan.

Harapan Karin tak pernah lebih selain bisa menghabiskan waktu bersama Gladys.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat, menatap Gladys yang masih nyenyak dengan mata memerah dan air mata yang terus mengalir.

Gladys menjauh darinya sejak kecil karena Karin selalu mendapatkan perhatian lebih dari seluruh keluarga besar, sedangkan dia tidak pernah mendapatkan itu.

Saat Gladys ulang tahun tak ada ucapan selama ulang tahun, tidak ada kado, tidak ada acara yang meriah. Sedangkan Karin, saat ia berulang tahun gadis itu mendapatkan ucapan selamat dari seluruh keluarga besar, kado yang begitu banyak dan acara yang begitu meriah disetiap tahunnya.

"Karin nggak mau itu semua Kak, kalau nyatanya itu semua ngebuat Kakak menjauh dari Karin,"

Karin tidak pernah membenci Gladys, dia sungguh menyayangi Gladys tulus.

"Bahkan setelah Karin tahu kalau kita nggak punya ikatan darah, Karin tetap nggak bisa benci sama Kakak."

Gadis itu mengusap wajahnya yang basah karena air mata.

"Kalau Kakak adalah anak Om Radit berarti Bunda selingkuh sama sahabat suaminya sendiri," gadis itu menerawang jauh kedepan.

Sekarang semua sudah jelas, mereka yang tidak memiliki ikatan darah tapi dipersatukan dalam satu rumah, mereka yang berbeda Ayah justru menyayangi satu Ayah yang sama.

"Karin nggak bisa bayangin gimana reaksi Kakak kalau tau fakta sebenarnya,"

Gadis itu menghembuskan napasnya, dadanya terasa sesak saat mengingat bahwa penderita sang Kakak nyatanya belum selesai.

SAGLA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang