Arini Kusumo terpaksa menerima perjodohan yang dibuat oleh orang tuanya, dia berfikir dengan menerima perjodohan itu tidak hanya membahagiakan orang tuanya saja tapi dirinya juga karena tanpa disadari Arini mulai mencintai laki-laki yang akan dijodo...
Orang tua Bram langsung meluncur ke rumah sakit. Saat sampai mereka melihat anaknya sedang menangis di depan ruangan yang tertutup.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nak" tegur ibu Bram dan langsung memeluk anaknya.
"Aku suami yang bodoh Bu, tidak berguna. Arini begitu karena aku Bu" ucap Bram sambil menangis.
Sang ibu yang mendengarnya meneteskan air mata mendengar perkataan puteranya yang menyalahkan dirinya.
"Sabar, Arini membutuhkanmu kalau kamu seperti ini, Arini malah sedih" ucap ayah menenangkan sang putra.
Tak lama kemudian Nino, Reyhan, Aditya dan Niko datang.
"Om" tegur Niko. Ayah Bram mengangguk.
Tak lama ibu Bram memeluk Reyhan.
"Nak terima kasih, karena kamu Arini bisa di temukan dengan cepat" Reyhan membalas memeluk ibu sahabatnya yang sudah di anggap ibu baginya.
"Ibu tenang saja yah, Arini pasti baik-baik saja".
Reyhan adalah anak yatim piatu dengan segudang harta berlimpah dari kedua orang tuanya. Kedua orangtuanya bersahabat dengan orangtuanya Bram dan saat kematian kedua orangtuanya, Reyhan di asuh oleh ayah dan ibu Bram.
Maka dari itu mereka sudah seperti saudara dan orang tua Bram menganggap Reyhan anak mereka.
"Ayah bangga padamu. Pasti mama dan papaku juga bangga" ucap ayah dengan lembut. Di balas senyuman hangat Reyhan.
Tak lama dokter keluar.
"Dok bagaimna istri saya?" Tanya Bram.
"Pasien baik-baik saja. Syukurlah karena dia cepat mendapatkan pertolongan pertama, jadi saat sampai di sini keadaanya sudah stabil. Terlambat sedikit mungkin nyawa pasien tidak selamat." Terang dokter kemudian berlalu.
Semua orang menghelas nafas lega, bersyukur karena Arini selamat. Mereka sisa menunggu arini di pindahkan di ruangan.
*****
" Bram kau sudah hubungi mertuamu?" Tanya ayah.
"Sudah yah, mereka akan kemari dari bandara." Ucap Bram yang berjalan ke ruangan Arini setelah membayar administrasi.
Ceklek
Bram masuk ke ruangan istrinya, dilihatnya sang istri yang sudah siuman.
"Kau butuh sesuatu? Kalau ada katakan padaku" ucap Bram dengan lembut, Arini hanya bisa tersenyum manis.
"Nasib jomblo ya tuhan. Anak dan orang tua sama saja bermesraan di depan Niko yang jomblo" ucap Aditya membuat semua orang tertawa.
Di depannya dia melihat kemesraan Arini dan Bram, sedangkan di sampingnya orangtua Bram sedang asyik berpelukan juga.
"Kenapa aku, kau juga jomblo bangke" Niko memukul kepala Aditya.
Dan berakhir dengan mereka yang berkelahi tentang kejombloan mereka. Reyhan yang duduk di seberangnya pusing melihat tingkah sahabatnya dan beralih menuju ke kasur Arini.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Reyhan dengan wajah datarnya tapi Arini tau kalau laki-laki di depannya ini khawatir terlihat dari sorot matanya.
"Baik, terima kasih yah kak" ucap Arini dengan tulus.
"Syukurlah karena kau menggunakan gelang pemberianku jika tidak mungkin kau belum di temukan" ucap Reyhan santai.
"Iya aku selalu menggunakannya kok. Aku baru tau kalau ada pelacak di gelang itu" ucap Arini dengan riang.
"Dia sengaja memasangnya, kita semua dalam jangkauan nya." Ucap Bram.
"Semua orang terdekatku, aku selalu mengawasi mereka dari bahaya. Contohnya gelang mu itu memang sengaja ku pasang pelacak untuk menghindari hal-hal seperti ini". Terang Reyhan saat melihat Arini kebingungan.
Arini hanya mengangguk, anak angkat mertuanya ini sungguh teliti masalah begituan sama persis seperti kakak iparnya, Bara.
"Bram menangis tadi" ucap Reyhan langsung berlalu menuju sofa.
Sontak hal itu membuat wajah Bram memerah.
"Wa.. wajar kan kalau aku menangis. Istriku berlumuran darah" ucap Bram dengan gagap mengundang tawa semua orang.
Belum sempat Arini membuka suara pintu ruangan terbuka menampilkan seorang gadis dan orangtuanya