BAB 35

3.8K 121 1
                                    

Bram membawa Arini ke dalam kamar dan menghempaskan Arini dengan kasar ke arah kasur.

"Kau sama sekali tidak merasa bersalah yah, aku sudah memperingatkan mu tapi kau selalu saja bertemu Bryan di belakangku".

"Tidak mas, kamu salah paham."

"Aku tidak perlu penjelasan mu aku tidak percaya lagi padamu"

Setelah mengatakan itu Bram keluar dari kamar sedangkan Arini menangis meratapi rumah tangganya yang sedang di uji oleh takdir.

Keesokan paginya saat Bram sedang menanda tangani dokumen di kantor dia mendapatkan sebuah paket,  sebelum dia membuka paket itu ada suara yang menginterupsi membuat Bram mengurungkan niatnya.

"Hai Bram" Sofia masuk dan duduk di sofa dekat meja Bram.

"Hm apa itu?" Tanya Sofia yang penasaran dengan paket di atas meja Bram

"Entah, mereka bilang ini untukku"

"Buka saja Bram aku penasaran dengan isinya" tanpa di ketahui Bram, Sofia menyeringai.

Bukalah Bram dan kamu akan menemukan kejutan dariku.

Bram membuka paket tersebut dan isinya membuat pikiran Bram kosong, emosi dan kecewa.

Isi paket itu adalah foto-foto Arini dan Bryan yang sedang bertemu berdua bahkan ada beberapa foto yang menampilkan mereka berdua keluar dari beberapa hotel dan yang membuatnya emosi adalah
Ada foto yang menunjukan Arini dan Bryan tidur bersama di sebuah ranjang.

Bram juga melihat sebuah flashdisk di dalam paket itu dan membukanya. Tambah kacau hati Bram saat melihat isi flashdisk itu ternyata Vidio Arini dan Bryan yang sedang bercinta walaupun di Vidio itu penerangannya sedikit gelap tetapi dia dapat mengenali suara wanita di Vidio itu, yah itu suara Arini.

Sofia yang melihat raut wajah Bram pun sangat senang karena rencananya berhasil.

Tanpa kata Bram segera pulang, di perjalanan dia menyuruh Nino untuk menguruskan surat perceraian.

"Surat cerai? Untuk siapa tuan?" Tanya Nino heran.

"Untukku" jawab Bram dengan dingin.

"Hah? Anda mau bercerai dengan nona Arini, tapi kenapa tuan?"

"Jangan terlalu ikut campur tentang kehidupanku. Kau di sini hanya pekerja" ucapan Bram membuat tubuh Nino menegang.

Nino tidak pernah melihat Bram seperti ini, dia yakin ada yang tidak beres.

Saat tiba di rumah, Bram segera turun dari mobil dan mencari keberadaan istrinya.

"ARINI..... ARINI" Bram berteriak dengan keras membuat seluruh pekerja di rumah itu terkejut karena suara tuan mudanya yang menyeramkan.

"Ada apa mas? Kenapa berteriak sih" jawab Arini sambil mendekati Bram dengan heran. Ia heran kenapa suaminya itu cepat sekali pulang.

"Cih, kemari kau" Bram menarik lengan Arini dengan paksa menuju kamar mereka.

"Auh sakit mas"

Brakk

Bram membanting pintu kamar itu dan mendorong keras badan Arini hingga terjatuh di atas kasur.

"Ternyata selama ini semua dugaan ku benar yah. Kau selingkuh dengan mantan terindah mu itu" bentak Bram dengan tangan yang menunjuk Arini.

"Mas sudah berapa kali ku bilang aku tidak selingkuh"

"Segera kemasi pakaianmu dan pergi dari rumah ini aku tidak mau melihatmu lagi" jawab Bram dengan nada dingin.

Arini di buat tak percaya dengan perkataan suaminya itu, apa mereka akan bercerai? Apakah pernikahannya cukup sampai di sini?

" Mas maksud kamu apa?" Tanya Arini dengan suara bergetar menahan tangis

"Nanti Nino akan mengantarmu, mungkin beberapa hari lagi surat perceraian kita sudah jadi". Ucap Bram datar.

"Kamu tiba-tiba menceraikan ku mas? Aku gak tau kenapa kamu menceraikan ku" Arini sudah menangis, dia tidak percaya pernikahannya cukup sampai di sini apalagi saat ini dia sedang mengandung.

"Sudah ada bukti kau berselingkuh bahkan aku sudah menontonnya, pintar sekali ternyata kau menjajakan tubuhmu itu ke orang lain. Di mana saja kalian bercinta huh?" Ujar Bram dengan nada mengejek.

Bram melemparkan flashdisk dan beberapa foto di depan Arini.

Arini mengambil dan melihat semuanya, dia yakin dirinya saat ini di jebak karena semua foto dan Vidio ini palsu bukan dirinya.

"Ini palsu mas. Ini bukan aku, kamu percaya aku kan?"

"Aku menyesal menikahi mu Arini, seharusnya pernikahan ini tidak pernah terjadi". Bram menatap Arini dengan datar dan dingin, dirinya saat ini sangat kecewa pada Arini.

Arini yang mendengar kalimat Bram merasa sadar bahwa detik ini rumah tangganya sudah berakhir.

Seharusnya sepasang suami istri memiliki kepercayaan untuk pasangannya tapi ini tidak, Bram tidak mempercayai nya.

"Baiklah mas, kalau itu yang kau mau kita akan bercerai. Aku kira kita bisa membuat keluarga kecil yang bahagia sampai maut memisahkan kita tapi ternyata tidak, mungkin kamu memang bukan jodohku dan sudah takdir bahwa pernikahan kita cukup sampai di sini"

Arini mengatakan itu dengan air mata yang terus mengalir kemudian menatap suaminya dengan sendu dan berkata.

"Aku harap kamu bahagia mas, terima kasih yah sudah memberikan kebahagiaan untukku selama ini dan terima kasih untuk kado kecilnya" ucap Arini sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum.

Maaf mas kado kecil ini aku simpan sendiri untukku. Aku akan membesarkannya sendiri.

Bram melihat raut wajah Arini yang terlihat sedih dan kecewa tapi dirinya tidak boleh tertipu lagi.

Selesai mengemas pakaiannya Arini berjalan keluar sebelum itu dia menengok ke arah suaminya.

"Mas aku harap kamu gak menyesal nanti, saat kamu tahu kebenarannya ku mohon jangan menemui ku untuk meminta maaf karena aku sudah memaafkan mu" Arini menarik napas agar suaranya terdengar jelas.

"Dan kami akan selalu mendoakan kebahagiaan mu mas" lanjut Arini dan untuk terakhir kalinya Arini tersenyum yang malah membuat Bram bimbang dengan keputusannya.

"Aku pergi mas".

Bram melihat kepergian Arini dengan mata berkaca-kaca. Dirinya mendalami perkataan Arini yang terakhir.

Kami? Kado kecil? Apa maksudnya?

💮💮💮💮

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang