BAB 5

9.5K 202 1
                                    

Arini membuka mata dan melihat jam menunjukan pukul 06.15 pagi. Dia melihat suaminya masih tertidur, Arini melepaskan lengan suaminya yang melilit di tubuhnya. Dia sangat kesal karena semalam suaminya meminta jatah lagi padahal mereka kemarin habis melakukannya sampai pagi, dan malamnya malah minta lagi.

Ck benar-benar

"Mas bangun, kamu harus ke kantor loh" ucap Arini masih berusaha melepaskan lilitan dari suaminya yang  semakin erat.

"Mmm...aku libur sayang" jawab Bram sambil sebelah tangannya meremas payudara Arini.

"Libur apa?....ish ini tangannya" sambil menggeplak tangan jahil Bram.

"Kan mas belum ambil libur pernikahan kita, jadi yah sekarang mas mau minta libur. Kita honeymoon oke..."

"Honeymoon? Kita nikah udah 1 tahunan masih mau honeymoon" ujar Arini dengan kesal, mengingat awal-awal pernikahan mereka yang suram.

"Kenapa memangnya, lagipula ayah dan ibu pasti senang. Kan kita belum pergi honeymoon selama menikah, itung-itung kita membuatkan cucu untuk mereka" ucap Bram sambil mengecup leher jenjang Arini, Arini yang merasa situasi berbahaya pun segera menjauhkan tubuhnya dari sang suami.

"Ck udah mas... Aku capek tau dari kemarin mas minta jatah terus ish.." sambil menahan tubuh Bram yang akan memeluknya. Badan Arini saat ini serasa remuk karena kelakuan suaminya yang tak pernah puas.

"Mas masih mau loh...dosa nolak suami"

"Mas, Arini mohon udah yah. Arini benar-benar capek" mohon Arini dengan wajah melasnya.

"Oke.. maafin mas yah, mas gak bisa ngendaliin diri mas. Entah kenapa kalau di dekatmu rasanya ingin terus bercinta, mas selalu ingin berada di dalam tubuhmu sayang" ucap Bram dengan penuh sesal.

"Ish mesum...." Mereka berdua pun terkekeh.

Pagi yang indah menurut Arini. Tidak pernah terbayangkan pernikahannya bisa membaik seperti ini, pernah sekali dia berfikir untuk menyerah tetapi saat ingin memutuskannya selalu saja tidak bisa mungkin karena dia sudah mencintai suaminya, mas Bram.

                                   ******
Mereka turun ke bawah untuk sarapan, dilihatnya ayah, ibu dan Rina sudah duduk di meja makan.

"Kemari nak, sarapan dulu" ibu menyilahkan kami untuk sarapan.

Arini mengambilkan nasi dan lauk untuk bram dan juga dirinya. Diliriknya Rina yang sangat fokus pada makanannya. Setelah selesai mereka berkumpul di ruang tamu.

"Ayah, ibu. Aku dan Arini ingin pergi honeymoon" ujar Bram membuat Rina tersedak cemilannya, Arini yang melihatnya langsung memberikan air putih.

"Sudah setahun menikah baru mau pergi honeymoon...astaga dasar tua Bangka" Bram yang dikatai tua Bangka hanya bisa melorotkan matanya.

"Pergilah, lagipula kalian kan memang belum honeymoon" jawab ayah dengan santai

"Rencananya kami akan pergi bsok siang ayah" Bram merangkul bahu istrinya.

"Kebetulan ayah baru beli pulau kemarin, yah untuk investasi di masa tua. Kalian ke sana saja biar nanti orang ayah yang urus"

"Pulau? Yeay aku mau ikut" dengan santainya Rina menjawab, tidak sadar semua mata melotot.

"Ini bukan liburan bocah" ucap Bram sambil menoyor kepala Rina.

"Tapi aku juga ingin ikut, bolehkan kakak ipar?" Tanya Rina pada Arini dengan wajah melasnya. Ayah dan ibu yang melihat drama pagi ini pun terkekeh sudah di pastikan anaknya Bram akan menolak keras. Ponakan mereka itu memang polos.

"Mmmh...mungkin lain kali kita bisa liburan bersama" arini meras tidak enak pada Rina.

"Kalau begitu, hari ini kakak ipar adalah milikku" ucap Rina sambil bergelayut manja pada Arini.

Bram yang ingin protes ditahan oleh Arini, Arini tau Rina sangat mendambakan kakak perempuan makanya Rina selalu ingin terus menghabiskan waktu bersamanya, maklum Rina juga anak tunggal jadi dia merasa kesepian.

"Baiklah" jawab Arini dengan tersenyum. Mereka berdua bersiap untuk pergi keluar.

"Sudahlah, biarkan saja Arini menemani Rina. Anak itu pasti kesepian" ucap ibu menenangkan Bram.

Bram tau kalau Rina merasa kesepian apalagi orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Bram yang melihat Rina dekat dengan istrinya pun bersyukur setidaknya Rina dapat merasakan bagaimana rasanya mempunyai kakak perempuan.

                                    ****
Di lain tempat Rina dan Arini sedang berleha-leha di taman sambil memakan cemilan yang mereka bawa dari rumah. Mereka menghabiskan waktu dengan bercerita dan menonton film bersama.

"Ah.. senang nya bisa jalan-jalan dengan kakak ipar. " Ucap Rina dengan bahagia. Tapi Arini melihat mata Rina yang sendu dia tau Rina menyembunyikan sesuatu.

"Ada apa? Kakak tau kamu sedang menyembunyikan sesuatu de.." Arini dengan lembut memegang kedua tangan Rina.

"Kentara yah kak? Hm memang aku susah menyembunyikan nya dari kakak" jawab Rina dengan santai

"Hm Rio selingkuh kak. sebelum aku ke rumah paman, aku melihatnya sedang berdua bersama mantannya di cafe. Aku sempat mengikutinya dan melihat Rio masuk ke dalam apartemen mantannya. Kukira aku hanya salah paham saja tapi saat aku bertemu dengan temannya dia bilang Rio sudah sepekan ini ke apartemen mantannya itu kak. Tragis banget kak, aku tau dalam hubungan ini cuman aku yang berjuang tidak dengannya. Dia tidak mencintaiku ataupun menyayangiku, dia hanya menganggap aku seperti parasit yang tiba-tiba datang ke hidupnya, tapi aku mencintainya kak dengan tulus." Arini melihat Rina menceritakan dengan santai tapi dia tau kalau saat ini Rina sedang rapuh.

Rina dan Rio memang di jodohkan, tapi Arini berfikir selama setahun ini Rio dapat membuka hatinya untuk Rina tapi ternyata tidak. Melihat Rina yang seperti ini Arini yakin Rina sangat mencintai Rio, kalau mas Bram tau pasti Rio sudah akan di hajar habis-habisan karena telah menyakiti adiknya.

Bram sangat protektif terhadap Rina. Walaupun mereka sering bertengkar tapi Bram selalu mengawasi gerak-gerik Rina, sedang apa dan dengan siapa. Bahkan dia sering mengikuti Rina diam-diam. Suaminya itu sangat menyayangi Rina, mereka memang sepupu tapi lebih terasa seperti kakak dan adik kandung.

"Aku sudah memutuskan kak, aku akan menyerah. Mungkin kita tidak berjodoh, aku akan bilang pada para orang tua saat pertemuan keluarga nanti" ujar Rina sambil mengusap air matanya. Arini hanya bisa memeluk dan menenangkan.

"Yup.. ini baru adik kakak. Tunjukan pada Rio kalau adik kakak ini bisa hidup tanpanya" jawab Arini sambil mencubit hidung Rina. Mereka berdua terkekeh bersama.

"Makasih yah kak, sudah mau mendengarkan ceritaku. Hanya kakak tempat ternyaman untukku, mungkin karena kita sama-sama perempuan"

"Hm tidak, itu karena kita adik kakak" Arini memeluk Rina, mereka memang terlihat seperti adik dan kakak. Mungkin ini yang membuat Rina nyaman dengan Arini.

"Untuk sementara kakak tidak boleh memberitahukan pada siapa pun termasuk tua Bangka itu". Arini tertawa mendengar suaminya di panggil tua Bangka.

"Baiklah"

"Kak, nanti temani yah ke apartemen Rio aku ingin mengembalikan barang-barang yang pernah di berikan ya, yah walaupun aku tau barang-barang itu dibelikannya terpaksa untukku. Tapi aku ingin membuang semua yang berkaitan dengan masa laluku. Jadi di mulai dari barang pemberian.." ujar Rina dengan semangat, melihat Rina yang sudah tersenyum membuat Arini senang.

"Gampang mah itu, dengan syarat kakak minta drakor baru yah. Yang Vicenzo itu"

"Asyiap...gaskeun" mereka berdua tertawa bersama.



AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang