BAB 43

4.1K 120 2
                                    

Tak terasa sudah sebulan sejak bram dinyatakan koma dan kini kandungan Arini menginjak 3 bulan. Dan sampai saat ini bram belum bangun dari komanya.

"Dek, kamu mau makan apa? Abang laper nih mau cari makan sama nino" ucap kenzie sembari menatap arini yang terbaring di kasur khusus dekat ranjang bram.

"Hm..aku mau sate, bakso tenes, martabak sama beliin thai tea rasa choco avocado"

"Bumil emang beda porsi makannya banyak banget dah" ucap kenzie dengan suara pelan tapi tetap terdengar jelas oleh arini.

"Kan aku makan buat berdua bang"

"Iya bumil. Marko lo tunggu di sini aja  biar gue sama nino yang cari makan"

"Sip bang" ucap marko

"Sekalian dah lo gelar tuh kasur supaya selesai makan gue langsung baring"

"Ckck ya kali habis makan langsung rebahan" ucap marko heran tapi tetap saja menuruti perintah kenzie.

Ruangan bram memang luas bahkan sudah tersedia satu kasur  khusus untuk penjaga pasien dan tentunya kasur itu di tempati oleh arini.

Sedangkan kenzie, Marko dan nino tidur di lantai beralaskan kasur lipat yang cukup besar dan tebal.

Sisa arini dan marko yang berada dalam ruangan saat ini.

"Marko, tolong panggilkan perawat ya  bilang cairan infusnya udah habis" ucap arini saat melihat infus bram yang sudah habis.

Marko melangkah keluar memanggil salah satu perawat yang berjaga.

Ceklek

"Malam bu arini" ucap seoarang perawat laki-laki.

"Malam juga, saya kira malam ini Anna yang jaga?" Tanya arini sembari melihat perawat tersebut mengganti infus bram.

"Oh Anna jaga pagi besok bu, hari ini dia libur"

"Hm gitu yah"

"Oke udah selesai, nanti kalau ada apa-apa panggil saya atau yang lainnya aja bu"

"Iya makasih yah" ucap arini

"Sama-sama bu. Mari"

Setelah perawat itu pergi tak lama kemudia datang kenzie dan nino dengan makanan di kedua tangan mereka.

"Gila beruntung banget gue dapat jadwal nginep hari ini, gak kebayang sih besok pas bangun langsung di sambut wajah cantik dan manis suster anna" ucap kenzie sambil terkekeh.

"Pepet terus sampai dapat" seru marko yang sudah melahap satenya.

"Aku sih yes kalau abang nikah sama Anna" ucap arini

"Hm lagipula dia baik" seru nino yang sedari tadi diam.

"Lagian abang kan juga udah di restuin sama orang tuanya anna"

"Eh dari mana lo tau dek? Perasaan gue gak pernah cerita ke elu" kenzie heran dari mana adiknya tau padahal dia  belum sempat memberitahukan padanya.

"Dari mamah hehehe. Lagian mama sama papah juga setuju kok" ucap arini sembari memakan martabak dan thai teanya.

"Restu dari semua pihak sih udah abang dapat cuman anna itu kayak sulit banget abang gapai, padahalkan abang udah gak sabar mau tanem benih di rahimnya"

Arini melempar tusuk sate pada abangnya.

"Dasar mesum. Pantes aja anna gak mau mungkin karena abang mesumin terus nih"

"Setiap hari jika ada kesempatan" ucap nino.

Kenzie meringis mendengar ucapan nino, dia sadar setiap ke rumah sakit pasti selalu menyempatkan diri untuk menggoda gadisnya.

"Bener-bener abang yah" arini menggelengkan kepelanya tidak percaya karena abangnya yang mesum.

"Burung abang selalu tegang kalau liat anna" ucap kenzie dengan santai.

"Astagfirullah abang" teriak arini.

    ***

Keesokan harinya saat arini sedang memijat kaki suaminya tiba-tiba dia melihat pergerakan dari tangan bram.

"Nino tangan mas bram bergerak" ucap arini.

Nino mendekat ke ranjang tuannya dan melihat tangan bram yang bergerak di susul suara lirih dari tuannya.

"A..air"

"Nona saya akan panggilkan dokter" arini mengangguk lalu membantu suaminya untuk minum.

Tak lama dokter datang dan memeriksa bram.

"Alhamdulillah tuan bram sudah sadar, untuk saat ini jangan biarkan pasien tertekan dan setres.nanti saya akan lanjutkan pemeriksaan lanjutan padanya. Mari"

Setelah dokter pergi, bram menatap sekelilingnya.

Marko dan kenzie sudah pulang sedari tadi karena ada urusan di kantor sedangkan nino menemani arini di rumah sakit.

"Mas, alhamdulillah kamu udah sadar" ucap arini sembari mengelus lengan bram.

Bram menepis tangan arini yang mengelusnya.

"Gak usah banyak drama" ucap bram dengan dingin.

"Sekarang lo pulang dan jangan nampakin wajah lo di depan gue. Lagian gue jijik harus liat lo, kenapa sih saat gue sadar malah ngeliat lo tambah bikin gue sakit aja"

Ucapan bram membuat arini sedih, ia sudah meneteskan air mata. Sedangkan nino mencoba menegur bram agar tidak mengatakan hal yang menyakiti arini tapi malah di abaikannya.

"Tuan sudah cukup, nona arini in..." belum sempat nino melanjutkan kalimatnya, bram sudah menyelanya.

"Diam kamu nino. Heh jalang keluar dari sini dan jangan kembali lagi".

Arini tersenyum miris mendengar panggilan suaminya untuk dirinya, secepat mungkin arini membereskan barangnya.

"Baik mas aku akan pergi, semoga cepat sembuh ya mas" ucap arini dengan lirih kemudian berjalan keluar dengan langkah cepat.

Bram hanya menatap datar kepergian arini, dia tidak sadar dengan perut arini yang sudah membesar karena arini yang menggunakan hoodie abangnya yang kebesaran di tubuhnya membuat perut buncitnya tidak terlihat.

"Tuan akan menyesal" ucap nini dingin.

"Cih menyesal, tidak akan"

***

Ruang rawat bram ramai karena kedatangan keluarga besarnya. Tetapi semua orang hanya diam membisu sesekali mengobrol dengan suara pelan.

Mereka semua sudah tau kondisi bram yang cacat dan tidak boleh banyak berpikir apalagi setres.

"Aku pulang dulu" ucap rina diikut dengan kedua sepupunya.

Kini tersisa orang tua bram dan bram.

"Katanya kenzie, arini akan tinggal di luar daerah yah" ucap ibu.

"Huft mau bagaimana lagi bu, bram terlalu keras kepala untuk mendengarkan kita. Bahkan dia masih berpikir arini selingkuh darinya"

"Jadi perceraian bram dan arini gimana yah?" Tanya ibu hati-hati

"Dibatalkan bu, ayah sudah mengurusnya jauh hari saat tau arini sedang mengandung. Lagipula bram tidak bisa menceraikan arini karena dia sedang hamil"

"Berarti arini tetap jadi menantu kita kan yah?" Tanya ibu dengan semangat

"Iya bu" jawab ayah sembari mengelus rambut istrinya.

"Syukurlah ibu senang sekali. Gak apa-apa arini tinggal di luar daerah asal ada yang temani dia. Lagian ibu setuju dia pergi supaya bram merasakan penyesalan" ucap ibu dengan mata yang melihat putranya.

Tanpa mereka sadari sejak tadi bram mendengar pembicaraan mereka, bram pura-pura menutup matanya saat mendengar suara orang tuanya yang membecirakan arini.

Ia terkejut dengan berita yang baru dia dengar, arini hamil.

Arini hamil? Huh mungkin itu hasil dari perselingkuhannya dengan brian. Cih.


🌸🌸🌸

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang