BAB 11

5.4K 117 0
                                    

Saat ini Arini sedang menemani sang mertua belanja untuk keperluan sehari-hari di rumah. Sedangkan Bram dan ayah mertuanya sedang rapat bersama di kantor, ini adalah rapat bulanan jadi ayah tetap ikut serta hadir.

Biasanya Ayah mertuanya itu tidak datang untuk rapat maklum karena sudah pensiun jadi semuanya di limpahkan pada mas Bram, terkecuali rapat bulanan ayah mertuanya itu rajin datang. Mungkin ingin melihat bagaimana perkembangan perusahaan turun temurun keluarga Wijaya.

Sedangkan om Bayu ayah Rina, lebih memilih untuk membuat perusahaannya sendiri dan syukurlah sampai sekarang perusahannya maju pesat.

"Sayang ayo kita pulang, pasti ayah dan suami mu sudah di rumah." Kata ibu.

Kami pun masuk ke dalam mobil menuju rumah. Beberapa menit kemudian kami sampai di rumah kebetulan jalanan tidak macet.

"Assalamualaikum" ucapku dan ibu bersamaan.

"Loh bapak sama Bram  ke mana, mbok?" Tanya ibu saat tidak menemukan kedua lelakinya.

"Oh ada di Empang, nyonya. Katanya mau liat ikan yang mau di panen". Terang mbok Darmi, kepala asisten yang sudah lama mengabdikan dirinya pada kelurga Wijaya.

"Loh ikan lele sama mujair nya udah mau panen toh" ucap Arini dengan kaget.

"Iya sayang. Mending kita susul mereka ayo". Ibu menggandeng tangan Arini untuk menyusul Bram dan suaminya.

"Sudah pulang Bu" ucap ayah  terkejut melihat kedatangan istri dan menantunya. Ayah menghampiri ibu lalu mencium kening sang istri.

"Rindunya ayah, ditinggal ibu" goda ayah pada ibu.

Aku hanya terkekeh mendengarnya apalagi melihat wajah ibu yang sudah memerah.

Arini memeluk suaminya " mas, Arini juga rindu".

"Manjanya istriku ini". Bram menjawil hidung Arini.

"Sayang. rencananya mas mau ngundang keluarga kita untuk ke sini. Kita bikin acara makan-makan, yah syukuran karena panen tahun ini banyak. Nanti sebagian kita kasih ke tetangga" ucap ayah pada ibu. Ibu hanya mengangguk setuju atas usul ayah.

"Aku sudah datang om, ayo panen ikan" ucap Rina sambil berlari ke Empang.

Kami semua kaget karena tiba-tiba Rina datang, padahal belum ada yang mengabarinya tentang panen ini.

Kini Rina berdiri di depan ayah dengan membawa jala. " Oh waktu terakhir ke sini aku tanya sama mang Danu kapan ikan nya di panen, dia bilang seminggu lagi baru bisa di panen." Terang Rina, seakan tau isi pikiran kami semua.

" Gercep juga cil" ucap Bram sambil menoyor kepala Rina. Rina melotot sebal.

" Kita panennya besok saja tunggu semua keluarga kumpul" jelas ayah.

"Oh gitu, ck ya udahlah aku mau makan dulu di dalam baru tidur. Hoam ngantuk " setelah itu Rina langsung melengos meninggalkan kami.

"Dasar Rina, tapi syukurlah kalau dia sudah bisa move on dari Rio" ucap ibu.

Kami semua masuk ke dalam rumah. Ayah sudah mengabari seluruh keluarga jadi bisa di pastikan besok akan ramai.

                            ****

Arini keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badan dan bersiap untuk tidur.

Bram yang melihat tampilan sang istri dibuat tercengang pasalnya baru kali ini dia melihat istrinya yang berinisiatif sendiri memakai lingerie tanpa di suruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bram yang melihat tampilan sang istri dibuat tercengang pasalnya baru kali ini dia melihat istrinya yang berinisiatif sendiri memakai lingerie tanpa di suruh.

Bram menelan ludahnya kasar, jakunya naik turun dan nafasnya memburu menandakan dia sedang berhasrat apalagi dia dapat melihat di cermin itu istrinya sedang menatapnya sambil tersenyum menggoda.

"Sayang" panggil Bram dengan suara seraknya.

Arini terkikik, dia tau suaminya saat ini sedang menahan hasratnya. Dia sengaja memakai lingerie ini memang untuk menggoda suaminya. Yah sekali-kali berinisiatif sendiri tidak salah. Dilihatnya bokser sang suaminya yang sudah mengembung.

Arini sengaja berjalan pelan menuju kasur untuk menggoda suaminya.

"Kau sengaja kan?" Tanya Bram yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada sang istri.

Mata Bram menelusurinya tubuh sang istri yang di balut lingerie. Sangat seksi dengan tonjolan di tempat-tempat tertentu.

Tiba-tiba Arini duduk di pangkuan Bram. Bram yang kaget atas tindakan istrinya langsung memeluk pinggang sang istri agar tidak jatuh.

"Buahi aku mas malam ini, aku menginginkan mu suamiku" ucap Arini dengan desahan yang dibuatnya.

Bram menyeringai, kemudian dia menikmati sentuhan tangan lembut istrinya pada dada bidangnya yang tidak tertutup. Bram memang lebih suka tidur menggunakan bokser tanpa atasan.

Arini mendorong Bram hingga telentang di atas kasur dengan Arini yang duduk di atas badannya.

Arini langsung melumat  bibir sang suami kemudian turun menjilat dan menghisap leher Bram. Bram sangat senang karena saat ini istrinya berinisiatif memimpin.

Lama kelamaan Arini turun menjilati puting Bram dan perut sixpack sang suami. Bram hanya bisa mendesah nikmat mendapatkan service dari sang istri.

Lalu Arini membuka bokser Bram, terlihatlah kejantanan Bram yang sudah tegak, besar dan berurat. Tanpa kata Arini langsung mengulum penis Bram.

"Asshh...sayang .....aku suka ....ahhh..terusss kulum....." Desah Bram sambil meremas kepala Arini.

"Ahhh.... Sedot yang keras sayang... asshh...sial ini nikmat.... Sayang stop aku mau sampai..." Bram menarik paksa sang istri dari kuluman penisnya, dia tidak mau mendapatkan klimaks dengan cepat

Bram mengubah posisinya menjadi di atas Arini, langsung saja tangannya merobek lingerie itu dan langsung membungkam bibir Arini dengan brutal, tidak tinggal diam kedua tangannya yang sudah aktif meremas payudara Arini.

"Mmmpphh....ahhhh...mas"

Setelah puas dengan bibir Arini, Bram beralih ke bawah mengulum payudara Arini yang sekal, sesekali menggigit gemas puting nya.

"Awh...mas jangan digigit.."

Mengabaikan perkataan sang istri, Bram masih sibuk dengan benda favoritnya. sebelah tangannya mengelus vagina Arini yang masih tertutupi celana dalam, tangan Bram langsung merobeknya jadilah sang istri yang naked saat ini.

"Ternyata sudah basah heh" ucap Bram

Tanpa ba-bi-bu Bram langsung melesakkan penisnya ke dalam lubang vagina Arini.

"Ahh..." Desah mereka berdua saat menyatu.

Bram langsung menggoyangkan pinggulnya pelan.

"Mas.. lebih cepat..ahh..mmh yah seperti ituu..ahh" desah Arini saat Bram menambah kecepatannya.

Bram mengubah gaya mereka, saat ini Bram menggenjot sang istri dengan berdiri, tidak lupa kedua tangannya memegangi pantat Arini agar tidak jatuh. Sampai akhirnya mereka mencapai klimaks.

Tapi Bram masih menggenjotnya dengan berbagai gaya, alasannya karena beberapa hari tidak mendapatkan jatahnya.

Arini di buat pasrah dan badannya terasa remuk karena tenaga Bram yang tiada habis.

Malam itu Bram benar-benar liar, seperti kuda. Didalam kamar mereka hanya terdengar suara decitan kasur dan desahan yang nikmat.






AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang